Mendiktisaintek Brian Yuliarto memaparkan tentang 3 pilar utama Diktisantek Berdampak. Mulai dari SDM unggul, kampus menjadi simpul pertumbuhan ekonomi, hingga riset dan ekselerator kebijakan.
"Terdapat 3 pilar utama dari Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi yang Berdampak," ujarnya.
Menurutnya, pilar pertama adalah SDM yang unggul. Pemerintah bersama-sama dengan didukung oleh Komisi X, memperluas akses pendidikan tinggi melalui KIP Kuliah di Pusat.
Saat ini, kata dia, Kemendiktisaintek juga bersama-sama dengan pemerintah daerah, para Gubernur, Bupati, Walikota mengajak untuk membangun juga KIP-K Daerah. Kemendiktisaintek juga sedang bekerja keras mewujudkan sekolah Garuda dan beasiswa Garuda serta juga sedang menyusun program bagaimana mahasiswa bisa berdampak.
"Bukan hanya akses, tapi juga penguatan karakter dari mahasiswa bagaimana kepemimpinannya, kreativitas, sains, wirausaha, hingga kolaborasi internasional. Mahasiswa bukanlah sekedar menyiapkan diri menjadi lulusan, tapi mahasiswa semua pemimpin masa depan Indonesia Emas," tuturnya.
Brian menerangkan, pilar kedua adalah perguruan tinggi atau kampus didorong menjadi simpul pertumbuhan ekonomi daerah sekitar kampus itu berada. Pihaknya mendorong adanya mentorship di perguruan tinggi, kolaborasi antara perguruan tinggi yang sudah maju dengan perguruan tinggi yang masih berkembang dan belum berkembang.
"Kita dorong sehingga batas-batas, sekat-sekat administrasi kampus itu tak perlu lagi ada, semua dosen bisa bekerja di tempat kampus manapun. Perlatan yang ada di setiap kampus bisa digunakan oleh semua entitas perguruan tinggi sehingga keberadaan setiap fasilitas menjadi optimal. Kita juga menyusun joint degree, double degree antarsesama kampus, pertukaran dosen dan riset kolaboratif lintas budaya," paparnya.
Dia melanjutkan, pilar ketiga adalah riset dan akselerator kebijakan. Pihaknya berharap munculnya konsorsium riset tematik, kemudian pusat keunggalan berbasis bidang prioritas, platform hilirisasi, dan inkubasi startup sehingga memunculkan penguatan ekosistem komunikasi dan diplomasi sains.
"Di sinilah peran kita bersama dengan bapak ibu yang berasal dari industri, kami sungguh ingin berlari bersama para industri karena industri lokomotif kemajuan kita dan kota ingin berdiri di belakang bersama industri menjadi bekup, menjadi tempat munculnya kajian-kajian terhadap berbagai permasalahan industri," jelasnya.
Brian juga sempat mengungkap, saat ini Indonesia sedang bergerak menuju universitas generasi keempat yang melampaui fungsi pengajaran dan fungsi penelitian. Universitas tentu harus bisa menghasilkan lulusan relevan, universitas, pendidikan tinggi harus mampu membangun ekosistem pembelajaran yang lincah, juga bisa menghubungkan riset inovasi pembelajaran dengan industri, dunia usaha, dan masyarakat.
"Kemudian bekerja dengan kinerja berbasis output, bukan hanya berhenti pada proses. Inilah paradigma transformasional yang menjadi pondasi utama dari Diktisaintek yang berdampak," bebernya.
Dia menambahkan, semua tahu jika ada tridarma perguruan tinggi, ada pengajaran yang relevan dan riset yang berguna, dan ada pengabdian masyarakat yang bisa menggerakan bangsa. Namun, semua dilengkapi dengan model kolaborasi Quadruple Helix, sebagian menyebut Pentahelix yang melibatkan kampus, industri, pemerintah, dan masyarakat.
"Kalau Pentahelix ditambah media karena dampak media begitu tinggi juga tentu kita perlu bergandengan tangan bersama media memastikan gerakan ini bisa dipahami dengan benar oleh masyarakat," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)