Retrisyia Arfind Putri mengungkapkan motivasinya mendaftar AYDA adalah untuk memahami praktik diplomasi secara langsung, karena pembelajaran di kelas lebih banyak membahas kebijakan dibandingkan praktik negosiasi dan hubungan diplomatik itu sendiri. Baginya dengan praktek, pengetahuan mudah diserap.
Hal itu ditegaskan pula oleh, Kezia Oktavia Manik. Program AYDA dianggap mampu membuka akses bagi mahasiswa atau fresh graduate sehingga dapat membuat jejaring dari program ini.
Bagi kehidupan mahasiswa, pekerjaan masa depan ditentukan oleh proses di perkuliahan dan pengalaman yang didapatnya.
Bagi Annisa Shakira Meidi, program ini sebagai sebuah once-in-a-lifetime-opportunity dalam perjalanan hidup mahasiswa yang hendak meniti karirnya di ranah diplomasi. Baginya, suatu kesempatan tidak akan kembali lagi atau datang dua kali sehingga setiap momen hidup perlu dijalani dengan serius dan diraih selagi bisa.
Melalui program AYDA, selain hubungan antara Indonesia-Amerika Serikat semakin kuat, para peserta juga mendapatkan pengalaman berharga, membangun koneksi dengan para diplomat dan sesama peserta. Shared values dan shared norms kedua negara disalurkan melalui program seperti AYDA. Harapannya program seperti ini menjadi salah satu kegiatan mendukung perdamaian kosmopolitan dalam hubungan internasional.
(Feby Novalius)