JAKARTA - Negara anggota UNESCO, termasuk Indonesia sepakat untuk menjamin mutu pendidikan yang inklusif dan merata. Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) ini mengutamakan kesetaraan hak antara perempuan dan juga laki-laki, serta pentingnya untuk menghapus segala bentuk diskriminasi yang sering dialami oleh perempuan dalam dunia pendidikan.
Dengan memastikan akses pendidikan yang setara, diharapkan perempuan dan laki-laki dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi diri mereka.
Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menghilangkan diskriminasi dan kekerasan, baik verbal maupun fisik, seringkali dialami oleh perempuan. Selain itu, kesetaraan gender juga diyakini dapat memperkuat kemampuan negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif.
Dalam hal ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menekankan bahwa kesetaraan gender adalah kunci bagi kemajuan bangsa.
“Kesetaraan gender ini bukan hanya tentang pemberian kesempatan yang sama, tetapi juga tentang bagaimana kita menciptakan lingkungan yang bebas dari kekerasan dan pelecehan, agar perempuan dan laki-laki dapat berkembang dengan maksimal,” ujarnya Selasa (26/11/2024) .
Stigma gender sangat terlihat di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM), yang selama ini lebih didominasi oleh laki-laki.
Data BPS menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja perempuan di bidang STEM di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan laki-laki. Data tersebut menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% perempuan yang bekerja di sektor STEM, angka yang lebih rendah dibandingkan dengan angka rata-rata global yang dilaporkan UNESCO, yakni sekitar 22%.
Hal ini pun menunjukkan adanya tantangan besar dalam menciptakan kesetaraan gender dalam pendidikan dan dunia kerja, khususnya di sektor teknologi dan inovasi.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi tuntutan industri di masa depan. Pendidikan vokasi memfokuskan pada penguasaan keterampilan terapan, diharapkan dapat membuka peluang yang lebih besar bagi para perempuan untuk berkarir di sektor-sektor yang membutuhkan keterampilan teknis, termasuk STEM.
“Pendidikan vokasi adalah kunci untuk menciptakan SDM yang kompeten dan siap bersaing di dunia industri. Dengan keterampilan yang tepat, baik laki-laki maupun perempuan akan memiliki peluang yang sama untuk sukses," ujar Abdul Mu'ti.