JAKARTA - Universitas Tarumanagara (Untar) berkolaborasi dengan INTI International University, Malaysia membahas Antibiotic Resistance: The Silent Pandemic di Auditorium Gedung J, Kampus I.
Resistensi antibiotik merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat global. Jika tidak mendapatkan pengawasan yang baik, resistensi antibiotik dapat berkontribusi pada meningkatnya masalah kesehatan dan menjadi penyebab kematian utama.
Oleh karena itu, kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap dampak penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan tantangan signifikan dalam memperbaiki kesehatan global. Hal inilah yang menyebabkan resistensi antibiotik dianggap sebagai the silent pandemic.
Rektor Untar Agustinus Purna Irawan berharap resistensi antibiotik menjadi fokus bersama untuk diatasi.
“Dokter, pembuat kebijakan, peneliti, dan kita semua perlu bekerja sama untuk mengedukasi penggunaan antibiotik dengan bijak kepada masyarakat, memberi kontribusi penemuan pengobatan dengan metode baru guna mencegah terjadinya infeksi,” pungkasnya.
INTI International University Geetha Subramaniam mengungkapkan, angka kematian akibat resistensi antibiotik diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2050 dengan 10 juta jiwa, menyaingi kematian akibat kanker. Resistensi antibiotik bukan sekadar masalah kesehatan, tetapi juga terkait dengan faktor ekonomi dan kemiskinan. Hal ini memperlihatkan bagaimana ketidaksetaraan dapat memperburuk krisis kesehatan global.
Di sisi lain, Stephen membahas respon bakteri terhadap stres di dalam tubuh manusia serta reaksi terhadap antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan resistensi antibiotik ditemukan akibat perubahan karakteristik bakteri secara genetik. Ia juga menyoroti pentingnya riset untuk inovasi dalam pengembangan antibiotik yang lebih efektif, sejalan dengan upaya mendorong kemajuan industri dan infrastruktur kesehatan.
Lalita memaparkan hasil penelitiannya yang menggunakan bahan alami seperti daun mimba, pare, dan serai, menunjukkan karakteristik antibakteri yang konsisten. Penelitiannya ini sejalan dengan prinsip konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, berfokus pada penggunaan bahan alami sebagai alternatif antibiotik yang ramah lingkungan.