JAKARTA - Siham Hamda Zaula Mumtaza mengejar mimpinya di Fakultas Peternakan (Fapet) UGM Angkatan 2019 dari jalur Bidikmisi asal SMAN 1 Jepara, Jawa Tengah.
Siham tidak terlihat jika ia menderita autis. Baru diketahui saat berbicara atau mengobrol dengannya.
Siham mengaku didiagnosis menderita autis Asperger sejak SD. Mendengar suara keras atau bentakan menjadi momok baginya.
Dirinya sama sekali tidak suka mendengar suara-suara keras. Maka tidak heran sehari-hari Siham lebih banyak beraktifitas mandiri tidak melibatkan banyak teman.
Meskipun demikian, dia selalu bersemangat untuk kuliah di Fapet UGM. Setiap hari Siham rela bersepeda dari daerah Condongcatur ke kampus.
Untuk mengurangi kekurangannya dalam belajar dia selalu duduk di bangku depan saat kuliah berlangsung. Dirinya juga cukup terbantu dengan komunitas UKM Peduli Difabel yang ada di UGM.
“Dalam memilih lokasi KKN waktu itu saya juga diarahkan dan dibantu teman-teman dari UKM Peduli Difabel,” kata Siham, Selasa (9/7/2024).
Siham merasa UGM memiliki lingkungan yang cukup kondusif bagi proses belajar mahasiswa difabel. Tidak ada kendala dijumpai para penyandang disabilitas yang ada di UGM.
Kini setelah hampir selesai kuliah di UGM, Siham mengaku akan menyiapkan diri agar bisa berwirausaha dalam penggemukan kambing atau domba.
Sementara itu, Ketua Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan Tri Satya Mastuti Widi menegaskan, sebagai universitas kerakyatan, UGM termasuk di dalamnya Fapet UGM selalu terbuka bagi siapa pun yang akan menempuh studi di UGM.
Vitri sapaannya mengakui dengan kondisi autis Asperger yang diderita Siham maka yang bersangkutan perlu pendampingan dalam proses belajar.
”Anaknya mampu menguasai kata-kata tunggal atau kalimat sederhana, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama untuk menangkap penjelasan panjang dari suatu konsep,”kata Vitri yang juga dosen pembimbing Siham.