Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Orang Asing Makin Sulit Kuliah di Inggris, Kenapa?

Tim Okezone , Jurnalis-Senin, 08 Juli 2024 |11:09 WIB
Orang Asing Makin Sulit Kuliah di Inggris, Kenapa?
Orang Asing Makin Sulit Kuliah di Inggris, Kenapa? (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Inggris merupakan negara kedua dengan pemenang Nobel terbanyak dan memiliki empat dari 10 universitas terbaik di dunia berdasarkan peringkat tahunan bergengsi milik QS World Universities. Namun, kini semakin sulit bagi mahasiswa luar negeri untuk berkuliah di Inggris. Mengapa begitu?

Perguruan tinggi di Inggris memiliki reputasi bergengsi di dunia. Bahkan, pada 2023 saja, lebih dari seperempat negara-negara di dunia, lebih tepatnya 58 negara, dipimpin oleh seorang lulusan universitas Inggris.

Angka itu hanya bisa dikalahkan oleh Amerika Serikat, dengan 65 pemimpin negara di dunia yang lulusan universitas AS.

Universitas di Inggris terkenal akan pengajarnya yang berkualitas, reputasi akademiknya, dan program studi bergengsi.

 BACA JUGA:

Sehingga tak heran jika setiap tahun, ribuan mahasiswa asing tertarik untuk kuliah di Inggris meski mereka harus bersaing dengan mahasiswa Inggris dan membayar uang kuliah yang jauh lebih tinggi daripada mahasiswa Inggris.

Namun, negara itu mulai kehilangan daya tariknya. Hal ini terlihat dari jumlah mahasiswa luar negeri semakin berkurang.

Beberapa faktor yang membuat mahasiswa dari luar negeri semakin enggan kuliah di Inggris. Faktor-faktor itu mencakup biaya kuliah tinggi yang diperparah oleh Brexit, inflasi besar-besaran, serta pembatasan migrasi yang semakin ketat.

Salah satu faktor utama berupa perubahan pada manfaat bagi pemegang visa pelajar, khususnya terkait peraturan mahasiswa dapat bekerja di Inggris setelah lulus dan dapat pula membawa keluarga untuk tinggal bersama mereka di Inggris.

Mahasiswa yang sudah menyelesaikan studinya diperbolehkan tinggal di Inggris selama dua tahun (tiga tahun jika mereka memiliki gelar S3) dan bekerja dengan visa pascasarjana.

Namun, mereka tidak boleh lagi mengajukan izin untuk membawa anggota keluarga tanggungan mereka untuk tinggal di Inggris.

Anggota keluarga tanggungan mencakup anak berusia di bawah 18 tahun, pasangan, dan orang tua lanjut usia yang membutuhkan perawatan jangka panjang.

Lebih lanjut, mahasiswa sarjana Inggris dapat dikenakan uang kuliah maksimum USD11.500 (setara Rp187,7 juta) per tahun menurut regulasi pemerintah. Adapun uang kuliah untuk mahasiswa internasional dapat meningkat hingga USD48.500 (Rp791,7 juta) per tahun.

Itu baru biaya pendidikan. Masih ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk perawatan, sewa apartemen dan pengeluaran lainnya yang jika dijumlahkan bisa hampir setara atau lebih dengan uang kuliah.

Alexandra Flores yang berasal dari Peru, tiba di Inggris pada 2021 untuk kuliah jurusan Pemasaran Fesyen dan Jurnalisme di Metropolitan University of London.

"Saya membayar USD17.000 (Rp277,3 juta) per tahun. Itu tidak terlalu tinggi untuk menjadi pelajar internasional di London, tetapi ongkos visa hampir mencapai USD800 (Rp13 juta). Kemudian ada biaya tak terduga seperti asuransi kesehatan. Saya harus membayar USD4.000 (Rp65,2 juta) selama tiga tahun," katanya dilansir BBC Indonesia, Jakarta, Senin (8/7/2024).

Naik-turunnya kurs mata uang juga mempengaruhi total biaya. “Ada anggapan yang salah bahwa kebanyakan mahasiswa internasional kuliah di Inggris hanya untuk pamer. Tapi bagi saya sendiri, itu tidak benar. Saya harus bekerja keras. Lebih mudah jika saya kuliah di Spanyol, tetapi (kuliah di Inggris) adalah tantangan.”

Membatasi migrasi

Kebijakan penting dalam strategi pemerintahan Perdana Menteri Rishi Sunak untuk mengurangi angka imigrasi berlaku pada Januari lalu, yaitu dengan “mengakhiri kebijakan tak masuk akal yang memperbolehkan mahasiswa internasional membawa keluarga mereka ke Inggris,” kata Menteri Dalam Negeri James Cleverly pada saat itu.

“(Kebijakan) ini akan membuat angka migrasi segera turun hingga puluhan ribu (orang),” tambahnya.

Pemerintah Inggris saat ini meyakini bahwa banyak imigran menggunakan visa pelajar sebagai jalan pintas untuk bekerja di Inggris.

Akibatnya, biaya untuk visa juga meningkat sejak April 2024. Ongkos yang harus dikeluarkan untuk visa standar naik dari USD800 (Rp13 juta) menjadi USD1.300 (Rp21,2 juta).

Salah satu pendiri Popyourbubble, perusahaan yang membantu mobilitas dan integrasi ekspatriat di lokasi baru, Lavina Chainani, menyebut faktor lain yang membuat semakin sulit untuk masuk universitas Inggris adalah populasi muda yang berusia 18 tahun diprediksi akan meningkat 25% pada 2030.

“Itu akan mempersempit kuota yang tersedia untuk pelajar dari luar negeri,” jelasnya.

Pemerintah Inggris juga berjanji akan mengkaji ulang syarat dana yang harus dimiliki orang asing untuk membuktikan mereka bisa membiayai diri sendiri. Sementara, beberapa universitas mulai mewajibkan mahasiswa memenuhi jam kehadiran tertentu.

Tujuannya adalah membatasi mahasiswa yang ingin belajar sambil bekerja sampingan untuk memperoleh uang sehingga bisa tetap tinggal di Inggris.

Dengan visa pelajar, mahasiswa internasional diperbolehkan bekerja hingga 20 jam per minggu dan penuh waktu selama musim liburan.

Namun, sekarang mereka tidak dapat mengubah jenis visa mereka menjadi pekerja terampil hingga mereka lulus, meskipun mereka menerima lowongan pekerjaan.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement