JAKARTA - Wajah Love’s Nurani Hasan (19) berseri-seri manakala dinyatakan lolos kuliah di Program Studi (prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM).
Dia diterima sebagai mahasiswa baru UGM tahun 2024 tanpa tes melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Dia dinyatakan mendapat beasiswa uang Kuliah Tunggal (UKT) 100$ alias dibebaskan dari biaya pendidikan hingga lulus.
Senyum Love’s Nurani Hasan pun semakin mengembang karena ia begitu menaruh harap untuk masa depannya dari program studi ini.
“Ini impianku sejak SMA untuk bisa kuliah di Akuntansi FEB UGM,” katanya dilansir laman UGM, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Bersekolah di SMA Negeri 1 Probolinggo, Love’s begitu keluarga, teman dan orang-orang memanggilnya memiliki segudang prestasi. Tidak hanya akademik, namun juga prestasi non-akademik. Terakhir, ia berhasil meraih juara 2 National Accounting Competition Gadjah Mada Accounting Days 2023, dan itu yang menguatkannya memilih Prodi Akutansi FEB UGM.
Pilihan untuk selalu berprestasi menjadi tekad Love’s untuk bisa mewujudkan cita-citanya. Terlebih mengingat kondisi keluarganya bukan dari kalangan berada mendorong kuat dirinya untuk giat belajar dan berprestasi.
“Sebenarnya keinginan kuliah sudah ada sejak SMP. Namun saat itu saya masih ragu mengingat keterbatasan ekonomi keluarga,” tuturnya.
Love’s merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Yuli Nur Hasan (53) dan Eny Rosida (52). Dia lahir dan besar di sebuah kota kecil di Kelurahan Kanigaran, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Hidup keluarga ini sebelumnya tergolong berkecukupan tetapi kecelakaan yang dialami kedua orang tuanya pada tahun 2017 merubah semuanya. Akibat kecelakaan tersebut, sang ayah mengalami cedera permanen ditambah vonis dokter mengidap diabetes, dan praktis membuatnya tidak bekerja lagi.
“Ibu yang kemudian menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan bumbu pecel dan menerima pesanan rempeyek dari tetangga. Hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Love’s.
Berjuang dalam keterbatasan, Love’s mengaku kondisi perekonomian keluarga menurun drastis. Bahkan mau tak mau terkadang harus menjual aset yang dimiliki keluarga untuk bertahan hidup, dan sejak itu ia terlatih untuk hidup mandiri.
“Ya sebisanya untuk mencukupi kebutuhan sendiri, bersyukur juga terkadang bisa bantu orang tua. Sejak SD saya berjualan tas, stiker, masker wajah, aksesoris, dan kerudung,” ungkapnya.
Kegiatan berjualan sampingan ini, Love’s lakukan hingga di penghujung pendidikan di SMA 1 Probolinggo. Bukan karena bosan, ia mengaku terpaksa berhenti berjualan karena memang sepi peminat.
Begitu kuat keinginanannya untuk melanjutkan kuliah setelah tamat SMA. Bahkan ia berusaha untuk selalu meyakinkan kepada kedua orangtuanya jika ia akan berusaha mencukupi sendiri kebutuhan biaya kuliah nantinya.
“Akhirnya ya saya terbiasa berjuang, dan akan selalu berjuang untuk mimpi-mimpi. Saya pun sempat bekerja sebagai pramuniaga di butik dan menjadi host live sebuah online shop,” ucapnya.