Ide bisnis ini berawal dari kesulitan Nadim dalam mencari supermarket yang menjual beragam produk internasional, ia lalu memutuskan untuk membuka Halal Depot yang menyediakan produk halal dari berbagai negara.
Supermarket ini menjual lebih dari 4000 ragam produk dari sekitar 20 negara. Setiap minggu, tokonya menarik 500 hingga 700 pelanggan dengan latar belakang yang beragam. Supermarket ini beroperasi 7 hari seminggu, mulai pukul 9 pagi hingga 9 malam.
“Komunitas di sekitar Halal Depot sangat beragam. Ada warga yang berasal dari Amerika Tengah, Eropa, Asia, Asia Barat, Afrika, dan dari berbagai penjuru dunia lainnya,” lanjut Nadim yang berasal dari Afghanistan.
Seorang pelanggan bernama Israrullah sengaja pergi ke Halal Depot untuk membeli coklat yang hanya bisa ia temukan di toko tersebut.
“Saya datang ke sini untuk membeli coklat. Ibu saya mau pergi ke rumah bibi saya dan inilah mengapa kami membeli coklat,” ujarnya dilansir VOA Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024).
Namun, Halim mengatakan, tidak perlu khawatir jika memang tidak bisa menemukan restoran atau supermarket halal, karena supermarket umum di Amerika kini juga ada yang menjual produk berlabel halal.
“Kalau di supermarket yang enggak halal pun, misalkan saya (mencari) daging, kalau seumpama disembelihnya dengan cara yang benar, itu ada label halalnya,” jelas Halim.
“Di dekat saya ada supermarket namanya Mom’s Organic, enggak ada label halalnya di supermarket itu. Tapi kalau saya mau pilih daging yang halal, ada di situ. Bisa milih. Dan harganya juga sama saja,” tambahnya.
Studi dari Pew Research Center mengatakan warga muslim di Amerika mencapai total 1,1% pada tahun 2017 dan diperkirakan mencapai dua kali lipat atau sekitar 8,1 juta orang pada tahun 2050.
Situs perusahan riset Technavio menyebut bahwa pasar makanan halal Amerika diperkirakan akan mencapai lebih dari USD43 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 7,42% antara tahun 2023 dan 2028.
(Dani Jumadil Akhir)