Survei dilakukan pada sample remaja di Gorontalo. Penyebab kenaikan kasus ini paling banyak karena penyalahgunaan media sosial dan minimnya pengawasan.
Pada September 2023, Pusat Kesehatan Jiwa Nasional menerima laporan kenaikan kasus bunuh diri di Gorontalo.
Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ menjelaskan bahwa kenaikan kasus meningkat tajam. Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi hal itu.
"Bunuh diri meningkat. Dari tidak ada menjadi 31 kasus," ungkap Dokter Nova dalam acara Chief Talk Okezone di Jakarta.
BACA JUGA:
Setelah menerima laporan dari Kepala Desa di Gorontalo, tim Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pun mempelajari faktor pemicu bunuh diri pada remaja. Hal ini mereka lakukan menggunakan instrumen deteksi dini faktor resiko bunuh diri pada remaja yang juga telah digunakan pada tahun 2018. Hasilnya meningkat signifikan.
Pada 2018, pada remaja usia 15-19 tahun yang mengikuti rangkaian penelitian, hanya 13,8 persen mempunyai risiko tinggi bunuh diri. Sedangkan pada 2023, dari 2215 remaja yang menjalani instrumen yang sama, sekitar 49 persen remaja berisiko tinggi bunuh diri. Pada siswa SMP, dari 202 siswa, jumlah siswa berisiko tinggi mencapai 60%.
"Nah itu sangat meningkat ya," jelas dr. Nova.
BACA JUGA:
Di Gorontalo sendiri, mayoritas kasus terjadi pada laki-laki berusia 24-25 tahun. Pemicu kasus ini sangat beragam. Namun dari 71 kasus, Nova menemukan alasan yang menarik. "Salah satu yang menarik itu kasus karena pinjol (pinjaman online)," jelas dr. Nova.
Sembari mempelajari faktor-faktor lain yang berperan memicu bunuh diri, Pusat Kesehatan Jiwa menemukan alasan lain seperti keinginan keluar dari masalah, masalah ekonomi, dan putus cinta. Sedangkan pada remaja, penyebab kasus tertinggi karena pemakaian media sosial, dan kedua tertinggi karena prestasi tidak memenuhi ekspektasi. Alasan kedua ini cukup mengejutkan, karena angka kematian berkat alasan ini sangat tinggi. "Itu tinggi banget, lebih tinggi dari bullying. Lumayan terkejut ya," tutur dr. Nova.