Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SMKN di Malang Ciptakan Kendaraan Listrik Murah, Segini Biayanya

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 19 Desember 2023 |14:10 WIB
SMKN di Malang Ciptakan Kendaraan Listrik Murah, Segini Biayanya
SMKN di Malang ciptakan kendaraan listrik (Foto: Avirista Midaada)
A
A
A

Sementara itu, Kepala Program Keahlian Otomotif SMKN 10 Aditya Sukma Wijaya mengungkapkan, beberapa kendaraan listrik rakitan siswanya telah diujicobakan di jalanan dan dalam kondisi posisi hujan, serta banjir. Ia mencontohkan untuk sepeda motor modifikasi Honda Beat, yang dibuat tinggi komponen kelistrikannya aman untuk menerjang hujan dan genangan air di jalanan protokol Kota Malang.

"Kalau Beat modifikasi ini di konsep agak tinggi, jadi nggak sampai ada air yang masuk ke bagian controller atau modul listriknya, jadi aman karena ketutup semua, di motor Chopper itu kemarin belum sampai pengujicobaan ketika hujan," ucap Aditya.

Sedangkan, untuk mobil Jeep listrik juga sudah diujicobakan ketika cuaca hujan. Sementara untuk mobil carry pihaknya belum melaksanakannya karena ada beberapa komponen yang dikhawatirkan rusak dan bahaya.

"Karena biayanya juga tidak sedikit, maka ditakutkan berbahaya. Tapi secara garis besar perakitan kendaraan listrik lebih murah bila membeli baterai di aftermarket (yang sudah terjual di pasaran)," bebernya.

 BACA JUGA:

Adit, sapaan akrabnya merinci bagaimana biaya perakitan lebih murah menggunakan baterai yang sudah jadi, dibandingkan memproduksi baterai sendiri. Perhitungan biayanya dapat ditekan dari Rp 7 - 8 juta, menjadi Rp 5 juta saja.

"Kekuatannya juga lebih lama 25 - 30 persen. Kapasitas daya tahannya juga tahan 2 - 3 bulanan. Perakitan baterai ini menggunakan baterai bekas laptop," ujarnya.

Kendaraan listrik ini juga telah diujicobakan dengan jarak tempuh 15 kilometer lebih dengan situasi lalu lintas (lalin) macet. Hal ini terjadi ketika SMKN 10 Kota Malang mengikuti pameran di Surabaya.

"Kemarin yang mobil ini ke Surabaya, dari Malang diangkut ke Surabaya kemudian di Surabaya pameran, dari SMK 6 Surabaya menuju Grahadi itu sekitar 7 kilometer. Kemudian dari kehadi lanjut ke Maspion sekitar 8 kilometer, sekitar 15 kilometer itu masih bisa nggak ada trobel," ungkap Adit kembali.

Di sisi lain, perakitan kendaraan listrik juga memberi pengalaman bagi siswa SMKN 10 Kota Malang. Abdul Ghofur, siswa kelas XII mengaku memperoleh pengalaman berharga mengikuti riset pengembangan kendaraan listrik di sekolahnya. Ia sendiri mengikuti riset pengembangan sejak kelas XI lalu.

"Saya lebih tahu tentang teknologi modern yaitu konvensi bahan bakar bensin menuju listrik, yang sebelumnya kita mempelajari tentang mesin konvensional BBM, tapi sekarang saya mengenal mengenai ilmu tentang motor listrik yang sedang berkembang saat ini," ucap Ghofur.

Baginya pengembangan komponen kendaraan listrik dinilai lebih rinci daripada kendaraan bermotor konvensional berbahan BBM. Selain itu, beberapa komponen di dalamnya perlu dihitung secara cermat, bukan hanya sekedar disambungkan begitu saja, seperti halnya di komponen kendaraan konvensional.

"Kesulitannya yaitu kendaraan motor listrik itu lebih banyak arus-arus yang tidak bisa dilihat, hanya bisa dihitung oleh alat, sedangkan yang konvensional, atau bahan bakar bensin itu sudah tahu bagaimana cara menyetelnya, atau ketepatan dari suatu sistem mesinnya, kalau yang listrik itu tidak bisa kita harus memprogram mulai dari nol, supaya mobil itu bisa berjalan," pungkasnya.

(Marieska Harya Virdhani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement