Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ahli FKUI Manfaatkan AI Diagnosis Penyakit Tropik, Malaria hingga Monkeypox

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Kamis, 09 November 2023 |14:49 WIB
Ahli FKUI Manfaatkan AI Diagnosis Penyakit Tropik, Malaria hingga Monkeypox
Guru besar FKUI teliti penyakit tropik (Foto: FKUI)
A
A
A

JAKARTA - Sebagai negara tropis, Indonesia tidak lepas dari masalah kesehatan khususnya penyakit tropis seperti malaria, AIDS, tuberkulosis, hingga DBD. Kali ini Indonesia juga dihadapkan dengan penyakit menular atau infeksi emerging disease seperti monkeypox atau cacar monyet. Para ahli memanfaatkan teknologi untuk mendiagnosa berbagai penyakit tersebut.

Hal itu dikatakan Prof Erni Juwita Nelwan yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Dia dikukuhkan setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Masalah Penyakit Tropik Infeksi di Indonesia: Tantangan Saat Ini dan Peluang Masa Depan”.

 BACA JUGA:

Dalam keterangan resmi kepada Okezone, Kamis (9/11/2023), pada kesempatan itu, Prof. Erni menyampaikan bahwa sebagai negara tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia masih dihadapkan pada masalah kesehatan, khususnya penyakit tropik dan infeksi, seperti malaria, Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), tuberkulosis, dan hepatitis. Lonjakan kasus malaria di Indonesia mencapai 400 ribu kasus pada 2022, yang menunjukkan kenaikan 1,5 kali lipat dari tahun sebelumnya. Hingga saat ini, tercatat baru lima provinsi di Indonesia yang memiliki status eliminasi malaria 100 persen, yakni DKI Jakarta, Bali, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Beberapa penyakit masih menunjukkan angka prevalensi yang tinggi, mulai dari Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga diare (pada 2021 mencapai dua juta kasus) dan demam tiroid.

Selain itu, neglected tropical diseases (NTD) atau penyakit tropik terabaikan juga ditemukan secara sporadis di Indonesia, di antaranya infeksi cacing, rabies, gigitan ular berbisa, dan leptospirosis. Di samping NTD, penyakit infeksi emerging seperti Monkeypox dilaporkan kembali muncul pada tahun ini dengan 38 kasus dan terus bertambah.

 BACA JUGA:

Menurut Prof. Erni, Indonesia merupakan negara dengan peningkatan kasus penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tercepat di Asia. Adanya populasi kunci—pengguna narkoba suntik (penasun) dan kelompok dengan kontak seksual berisiko—menyebabkan angka infeksi di kelompok ini mencapai hampir 30 persen. Sementara itu, populasi HIV nasional ada di angka 0,2 persen. Penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 2 penasun pernah berada di lembaga pemasyarakatan (lapas), sehingga populasi ini harus diperhatikan agar infeksi tidak menular ke masyarakat.

“Penanganan penyakit tropik dan infeksi perlu melibatkan berbagai pihak. Banyaknya kasus yang ditangani tidak sebanding dengan jumlah dokter subspesialis penyakit tropik infeksi yang tidak sampai 100 orang di seluruh Indonesia. Padahal, dokter subspesialis penyakit tropik infeksi harus melayani dan merawat pasien, menjadi tim ahli dalam pembuatan kebijakan nasional, melakukan penelitian dan pengajaran, serta memberikan edukasi kepada masyarakat,” kata Prof. Erni.

Sampai saat ini, berbagai penelitian untuk diagnosis, pengobatan, dan usulan kebijakan, maupun penelitian dasar untuk mempelajari sebab dan perjalanan penyakit telah dilakukan. Sebagai contoh, penelitian skrining HIV pada warga binaan pemasyarakatan yang baru memasuki lapas terbukti efektif untuk mendiagnosis HIV secara dini, sehingga diadopsi menjadi kebijakan nasional. Adanya skor klinis untuk diagnosis penyakit infeksi, seperti demam tifoid, dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosis dengan lebih akurat sekaligus mencegah penggunaan antibiotika yang tidak tepat.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement