Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pelajar Tega Bully Teman akibat Trauma Berkepanjangan Masa Lalu

Salsabila Fitrandasyifa , Jurnalis-Sabtu, 30 September 2023 |18:43 WIB
Pelajar Tega Bully Teman akibat Trauma Berkepanjangan Masa Lalu
Penyebab bullying umumnya dipicu trauma masa lalu (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA – Trauma dapat muncul sebagai hasil dari berbagai pengalaman yang mengganggu dan mengancam keamanan emosional seseorang. Bullying adalah bentuk pelecehan yang serius dan dapat memiliki dampak jangka panjang pada korban. Dampak trauma dari bullying dapat sangat bervariasi antara individu, tergantung pada sejumlah faktor, termasuk durasi, intensitas, dan jenis pelecehan yang dialami korban. 

Dilansir dari stopbullying.gov, Sabtu (30/9/2023) faktanya, bullying dianggap sebagai Adverse Childhood Experience (ACE). ACE adalah peristiwa yang berpotensi menimbulkan trauma dan dapat berdampak negatif dan bertahan lama terhadap perkembangan seseorang, cara mereka berinteraksi dengan orang lain, dan kinerja mereka di sekolah. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang melaporkan lebih banyak ACE kemungkinan besar akan menunjukkan perilaku intimidasi.

Administrasi Layanan Penyalahgunaan Zat dan Kesehatan Mental (SAMHSA) mendefinisikan trauma sebagai akibat dari suatu peristiwa, serangkaian peristiwa, atau serangkaian keadaan yang dialami seseorang sebagai sesuatu yang membahayakan secara fisik atau emosional atau mengancam nyawa. Pengalaman-pengalaman ini dapat mempunyai dampak buruk yang bertahan lama terhadap kesejahteraan mental, fisik, sosial, emosional, atau spiritual seseorang.

Bullying Dipicu Trauma

Stres traumatis masa kanak-kanak terjadi ketika peristiwa traumatis membebani kemampuan anak atau remaja untuk mengatasinya, seperti:

- Pengabaian dan pelecehan psikologis, fisik, atau seksual

- Kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan pasangan intim

- Kekerasan komunitas dan sekolah (termasuk intimidasi)

- Bencana alam

- Pengalaman terorisme, perang, dan pengungsi

- Kecelakaan serius, penyakit yang mengancam jiwa, atau kehilangan orang yang dicintai secara tiba-tiba atau disertai kekerasan

- Penyebab stres yang berhubungan dengan keluarga militer, seperti penempatan orang tua, kehilangan, atau cedera

Setiap individu berbeda dan kejadian yang menimbulkan trauma pada satu orang belum tentu berdampak pada orang lain. Sebagaimana disampaikan oleh National Child Traumatic Stress Network (NCTSN), anak-anak atau remaja yang pernah mengalami trauma dan kekerasan kemungkinan besar akan melakukan perundungan dan perundungan terhadap orang lain.

Orangtua, guru, dan orang dewasa tepercaya lainnya dapat membantu anak-anak atau remaja yang mengalami stres traumatis akibat penindasan. Menurut Perawatan Efektif untuk Trauma Remaja NCTSN, beberapa pendekatan yang membantu anak-anak dan remaja yang pernah mengalami trauma, termasuk perundungan, adalah:

- Memastikan anak atau remaja aman dan mencari cara untuk mencegah pengalaman penindasan di masa depan

- Membicarakan apa yang terjadi dan alasannya, untuk membantu menjernihkan kesalahpahaman tentang peran mereka dalam peristiwa traumatis tersebut

- Mengajarkan manajemen stres dan teknik relaksasi, untuk membantu mereka mengatasinya.

Beberapa anak dan remaja mungkin juga memerlukan bantuan profesional untuk mengatasi stres yang terkait dengan penindasan dan/atau pengalaman traumatis lainnya. Penyedia layanan kesehatan dapat membuat rujukan untuk pengobatan.

Selain itu, sekolah dapat mengadopsi pendekatan berdasarkan informasi trauma, dengan melatih keterampilan guru dan staf untuk menangani dan mengenali stres traumatis atau tanda-tanda trauma lainnya. Sumber daya seperti Paket Pelatihan Sekolah Sensitif Trauma dari The National Center on Safe Supportive Learning Environments (NCSSLE) dapat membantu sekolah mengadopsi pendekatan berbasis trauma untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Ini termasuk:

 BACA JUGA:

- Mendidik staf sekolah tentang trauma dan dampaknya

- Mempromosikan keamanan fisik dan emosional dalam hubungan dan lingkungan

- Mengurangi pemicu terkait trauma di lingkungan sekolah

- Mempertimbangkan trauma dalam semua penilaian dan rencana perilaku protokol

- Memastikan siswa dan keluarga memiliki suara, pilihan, dan pemberdayaan.

Dengan menerapkan pendekatan berdasarkan informasi trauma, sekolah dapat membantu mencegah perundungan dan trauma di sekolah, serta memberikan budaya sekolah yang positif bagi siswa dan staf. Orang tua, pengasuh, guru, dan sekolah semuanya memainkan peran penting dalam mencegah dan mengatasi penindasan dan dampak berbahayanya.

(Marieska Harya Virdhani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement