Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Peneliti Griffith University Ingatkan Ancaman Virus Nipah, Apa Itu?

Chindy Aprilia Pratiwi , Jurnalis-Sabtu, 16 September 2023 |17:15 WIB
Peneliti Griffith University Ingatkan Ancaman Virus Nipah, Apa Itu?
Waspada ancaman penyebaran virus nipah (Foto: Current Affairs)
A
A
A

JAKARTA – Setelah Covid-19, manusia semakin sadar dan khawatir dengan adanya penyakit yang merebak. Salah satunya virus nipah. Apa itu?

Baru-baru ini ada kejadian muncul virus Nipah di India. Kejadian itu membuat penduduk di sana meninggal dunia sebanyak dua orang. Saat ini dikabarkan virus itu sudah menambahkan korban yang terinfeksi positif.

 BACA JUGA:

Ahli Epidemiologi Peneliti Griffith University Dicky Budiman mengatakan penyebaran virus ini juga tidak hanya terjadi di India, tetapi juga terjadi pada negara tetangga seperti malaysia yang pertama kali ditemukan pada tahun 1998 di peternakan babi. Artinya, di Indonesia pun tidak menutup kemungkinan bahwa virus itu akan masuk, terlebih Indonesia memiliki konteks deteksi yang cukup lemah.

“Indonesia artinya potensinya ada. Namun, ini tentu dalam konteks Indonesia itu cukup sulit, karena kemampuan deteksi di kita itu masih cukup lemah dalam mendeteksi khususnya dalam infeksi-infeksi baru, karena surveilans kita ini belum memadai semenjak pandemi,” ucap Dicky dikutip Sabtu (16/9/2023).

Gejala Virus Nipah

Menurutnya, gejala yang akan ditimbulkan pun bervariasi mulai dari sedang hingga berat. Gejala ini umumnya timbul masa inkubasi antara 4-14 hari, atau bahkan paling lama 45 hari.

 BACA JUGA:

Dicky Budiman menjelaskan gejala virus Nipah tidak ada yang menunjukkan gejala ringan. Sehingga keluhan pasien yang dirasakan hanya mulai dari gejala sedang hingga berat.

“Nah gejalanya itu termasuk demam, seringkali demamnya itu tinggi dan disertai rasa sakit kepala yang menjadi gejala paling dominan, ditambah adanya gejala nyeri otot, biasanya terjadi nyeri pada bagian punggung atau leher. Nah ada vertigo juga yang sering muncul, yaitu rasa berputar jadi pusing,” kata Dicky.

Namun, adapun gejala yang paling berat, yaitu apabila pasien disertai gejala pneumonia. Pasien akan mengeluhkan acute respiratory distress yang mengarah pneumonia parah. Selain itu, masalah seperti kejang dan koma pun dapat terjadi dalam kondisi gejala berat tersebut.

 BACA JUGA:

“Kemudian ada juga semacam kejang yang umumnya apabila terjadi kejang itu berarti gejalanya sudah parah, dna biasanya tidak selamat (meninggal) ada inflamasi di otak, yang akhirnya menyebabkan pasiennya koma, apabila sudah koma susah untuk diselamatkan,” tutur Dicky.

Untuk itu, Dicky juga menyarankan agar surveilans di pintu masuk Indonesia diperketat, agar kasus-kasus yang mencurigakan bisa dilakukan mekanisme isolasi terlebih dahulu berupa karantina yang harus dijaga, keberadaan, fungsinya, dan tentu konsistensinya.

(Marieska Harya Virdhani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement