SURABAYA - Saat ini pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia masih jauh dari kata layak. Hal ini mendorong salah satu profesor di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Ir Eddy Setiadi Soedjono DiplSE MSc PhD, dalam mengembangkan strategi untuk mengoptimalkan pengelolaan limbah permukiman di Indonesia.
Guru besar dari Departemen Teknik Lingkungan ITS tersebut mengatakan, idealnya air limbah rumah tangga dialirkan menuju instalasi pengolahan air limbah melalui sebuah sistem perpipaan terpusat yang disebut SPALD-T. Adapun tangki septik (septic tank) yang berada di tiap-tiap rumah akan dikuras setiap tiga tahun sekali dan lumpurnya disalurkan ke instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).
Namun, berbagai institusi penting hingga permukiman penduduk di Indonesia masih membuang limbahnya ke tangki septik. Hal ini disebabkan belum tersedianya sistem air limbah perpipaan secara luas, bahkan hanya 1 persen penduduk yang merasakannya.
โIni yang membuat saya terpikir, bagaimana agar ke depannya ada percepatan dalam pengelolaan air limbah permukiman,โ ungkap profesor yang akrab disapa Edot tersebut, dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa (16/5/2023).
Melalui orasi ilmiah saat pengukuhannya sebagai Profesor ke-154 ITS, ia menyampaikan inovasi yang digagasnya. Salah satunya adalah dalam pengembangan teknologi untuk menurunkan kadar amonia pada air limbah komunal. Ia melakukan riset terhadap Anaerobic Amimonium Oxidation (Annamox), sebuah proses penyisihan nitrogen secara biologis yang dapat meningkatkan kualitas air limbah.
Sosok kelahiran Bandung, 8 Maret 1960 ini pun turut mendukung program pemerintah berupa Pengembangan Implementasi Jamban Sehat. Ia dan timnya memberdayakan masyarakat, terutama golongan miskin, melalui sosialisasi, pendanaan, dan penerapan teknologi pembuatan jamban sehat.
โHal ini bertujuan agar masyarakat memiliki kesadaran untuk memiliki jamban sehat mandiri dan tidak lagi menggunakan jamban komunal,โ tuturnya.
Melalui program yang juga diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 ini, perlahan tapi pasti mulai banyak desa di Indonesia yang mendeklarasikan sebagai desa yang terbebas dari buang air besar sembarangan atau Open Defecation Free (ODF). Di Jawa Timur, setidaknya sebanyak 23 kabupaten dan kota telah mendeklarasikan wilayahnya sebagai kabupaten atau kota ODF.
Follow Berita Okezone di Google News