Adella dan Rifki yang dipasangkan sebagai double delegation untuk legal committee berhasil mengungguli 186 peserta dari berbagai negara. Mereka mendiskusikan isu Non-Self-Governing Territories atau teritori yang tidak memiliki pemerintahannya sendiri.
“Rasanya tidak menyangka bisa mendapatkan penghargaan karena ini adalah ajang MUN internasional pertama saya. Tentunya pencapaian ini merupakan buah dari kerja keras setelah selama dua bulan, kami digembleng dengan pelatihan dan simulasi intensif. Kami jadi semakin terarah memahami berbagai isu politik, hukum dan ekonomi global, serta mampu meningkatkan soft skill berbicara di depan publik, serta membuat tulisan ilmiah untuk persiapan ke ajang ini,” ujar Adella dalam keterangan tertulis, Rabu (29/3/2023).
BACA JUGA:
Dalam lomba itu, Adella dan Rifki disimulasikan sebagai delegasi Pemerintah Turki. Sebagai delegasi negara Turki, keduanya dituntut dapat memberikan solusi atas pemaknaan ulang atau redefinition serta referendum netral, yang dapat dilaksanakan dengan pengawasan PBB dan beberapa badan di bawahnya dalam menghadapi isu tersebut.
Pada kesempatan itu, teknik menulis dokumen, negosiasi, melobi, riset, dan kemampuan mengemukakan pendapat mereka pun diuji.
“Sekalipun sebelumnya sudah mengikuti beberapa simulasi sidang PBB, pencapaian ini tetap menjadi bonus yang berlipat ganda bagi saya. Selain mendapat pengalaman seumur hidup dan kesempatan untuk menjalin relasi, saya jadi tahu bahwa kemampuan mahasiswa Indonesia sebetulnya tidak kalah dengan peserta dari negara lain, khususnya di bidang riset. Para WorldMUN Chairs dari Universitas Harvard yang mengobservasi juga menilai secara positif keaktifan berjejaring, kemampuan mendengarkan dan mengakomodasi masukan dari kami,” kata Rikfi.
(Widi Agustian)