Share

Mengenal Nomophobia, Ketika Manusia Sangat Bergantung dengan Smartphone

Sarah Raihan Septiana Afifah, Presma · Rabu 07 Desember 2022 16:27 WIB
https: img.okezone.com content 2022 12 07 624 2722518 mengenal-nomophobia-ketika-manusia-sangat-bergantung-dengan-smartphone-AdcmUIYFip.jpg Ilustrasi/Iberdrola

JAKARTA - Apa yang akan kamu lakukan saat smartphone tidak dapat berfungsi lagi? Merasa panik? Jelas, Kita kemungkinan besar akan berusaha memperbaiki smartphone agar dapat berfungsi kembali karena banyaknya data-data penting yang tersimpan di dalamnya.

Smartphone sudah menjadi bagian penting dari kehidupan, khususnya untuk gen Z, si generasi yang paling akrab dengan teknologi.

Kenyamanan dan kemudahan yang diberikan oleh smartphone menjadikan individu bergantung padanya atau yang dikenal dengan istilah nomophobia. Apa sih itu?

 

Apa itu Nomophobia?

No-mobile-phone phobia atau Nomophobia merupakan istilah yang dikembangkan sejak tahun 2008 oleh Kantor Pos Inggris yang diciptakan saat menyelidiki kecemasan pengguna telepon genggam (SecurEnvoy, 2012).

King et al., (2013) mendefinisikan nomophobia sebagai ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu saat tidak berada di dekat telepon genggam atau perangkat komunikasi virtual lain yang biasa digunakan.

Di lain sisi, Yildirim (2014) mendefinisikan istilah tersebut sebagai ketakutan psikologis akan hilangnya akses kepada telepon genggam.

Follow Berita Okezone di Google News

Ciri-cirinya bagaimana sih?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningrum & Sary (2019), Bragazzi & Del Puente (2014) menyatakan bahwa ciri dari individu yang memiliki gangguan nomophobia dapat digambarkan sebagai berikut.

Memakai smartphone secara teratur dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk itu, memiliki satu atau bahkan lebih smartphone, dan selalu membawa charger.

Merasakan cemas ketika smartphone tidak di dekatnya atau tidak dapat menggunakannya, serta menghindari tempat dan situasi yang melarang penggunaan smartphone.

Memastikan pesan atau panggilan telah diterima dengan terus menatap layar smartphone.

Memastikan smartphone selalu aktif 24/7 dan berada di dekat smartphone, bahkan saat tidur.

Jarang melakukan tatap muka atau berinteraksi secara langsung karena merasa cemas, sehingga memilih menggunakan smartphone.

Mengeluarkan banyak biaya hanya untuk penggunaan smartphone.

Bagaimana hal ini terjadi?

Beberapa literatur mengindikasikan bahwa nomophobia dapat terjadi dikarenakan smartphone dan gadget telah menjadi kebutuhan dari manusia di era saat ini.

Selain itu, hadirnya smartphone dan gadget yang ada memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan pekerjaan.

Tak hanya itu, tingkat penggunaan, kebiasaaan, dan ketergantungan dapat berdampak pada kecemasan dan menggunakan smartphone yang bisa mengarah kepada nomophobia.

Apa dampaknya?

Dari beberapa literatur, dikatakan bahwa ketergantungan remaja terhadap smartphone dapat mempengaruhi kebiasaan sosial maupun perilaku interpersonal.

Hal ini dikarenakan ketergantungan tersebut mampu membuat remaja tidak peduli akan lingkungan sekitarnya dan menggunakan smartphone pada saat situasi dan suasana yang tidak tepat.

Fenomena lain yang dapat terjadi adalah membuat orang lain tidak nyaman karena menggunakan smartphone bahkan saat berinteraksi dengan orang lain secara langsung.

Tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa smartphone merupakan barang penting dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masa kini.

Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa penggunaan smartphone yang melebihi batas normal dapat berdampak buruk baik pada diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karenanya, penting bagi masyarakat, khususnya gen Z, untuk mengatur penggunaan smartphone sesuai dengan kebutuhan.

 

Sarah Raihan Septiana Afifah

Aktivis Persma Erythro FK UNS

1
3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini