“Masyarakat harus mengikuti informasi dan sumber resmi pemerintah, karena yang tahu dan berwenang dalam menentukan hold, penundaan, atau penarikan obat mengandung etilen glikol dan dietilen glikol ‘kan pemerintah. Terlebih lagi sekarang sudah ada listing atau daftar obat-obat yang ditarik, sehingga masyarakat bisa mengacu ke sana, insyaallah aman,” ujarnya.
Lebih lanjut, pakar farmasi Unair itu juga mengimbau masyarakat untuk tidak serta merta menelan mentah-mentah informasi terkait obat-obatan di media sosial.
Pasalnya, media sosial kerap kali menjadi sumber informasi yang tidak benar (hoax).
“Masalahnya, masyarakat sering ambil informasi di media sosial yang mana semua orang bisa memasukkan dan menyebarkan info di sana, sehingga masyarakat harus lebih bijak dalam memperoleh informasi dan sumber terkait obat-obatan itu tadi,” tambahnya.
2. Beralih sediaan obat
Dalam paparannya, Profesor Junaidi juga mengingatkan bahwa selain bentuk sirop, terdapat bentuk sediaan obat lain yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak.
Salah satu bentuk sediaan obat tersebut ialah puyer. Beralih bentuk sediaan obat, terang Profesor Junaidi, bisa menjadi salah satu opsi aman dalam memilih obat untuk anak.
“Kedua, tentu tidak satu-satunya sirup itu bentuk sediaan yang bisa diberikan pada anak. Ada bentuk sediaan lain, misalnya puyer, itu juga bisa digunakan,” katanya.
“Meskipun mungkin rasanya pahit, tetapi ini bisa menjadi opsi di tengah maraknya kasus ini,” imbuh Junaidi.