BANDUNG - Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr drg Risti Saptarini Primarti, Sp KGA (K) mengatakan, kebiasaan bernapas lewat mulut harus dapat dicegah sedini mungkin. Hal itu lantaran bernapas lewat mulut dapat menimbulkan sejumlah dampak buruk bagi anak.
“Jadi kita membiasakan anak bernapas lewat hidung itu sejak dini,” ujar Risti, sebagaimana dikutip dari website Unpad, Senin (29/11/2021).
Ia menjelaskan salah satu dampak negatif bernafas lewat mulut adalah timbulnya gangguan tumbuh kembang gigi dan rahang atau maloklusi. Hal ini terjadi karena ada hubungan fungsi rongga mulut atau fungsi oral dengan tumbuh kembang gigi dan rahang.
“Fungsi bernapas, fungsi penelanan, fungsi pengunyahan itu sangat berkorelasi dengan tumbuh kembang gigi dan rahang. Jadi kalau ingin giginya terlihat rapi dapat berfungsi dengan baik, ketiga fungsi ini juga harus berjalan baik sejak lahir,” tutur Dr Risti.
Ia menjelaskan, untuk menghindari kebiasaan bernafas lewat mulut sejak bayi, posisi menyusu pun harus benar. Ia mengatakan, proses menyusu yang benar adalah ibu dalam posisi duduk, bayi diletakkan pada pangkuan ibu, dan kepala bayi terletak pada posisi 45-70 derajat terhadap payudara ibu.
Jika posisi bayi telentang, dapat menimbulkan celah pada rongga mulut sehingga bayi dapat bernapas lewat mulut.
“Jangan sampai menyusui bayi dalam posisi bayi telentang atau tidur karena itu tidak baik dalam proses tumbuh kembang rahangnya,” ujar Risti.
Selain itu, jika bayi atau anak tidur dengan mulut terbuka, sebaiknya dibantu tangan orang tua untuk mengatupkan mulutnya.
Baca Juga : 79 Mahasiswa Unpad Disebar ke Daerah Bantu Atasi Masalah Sosial
Risti menyebutkan, rongga mulut merupakan gerbang utama masuknya nutrisi. Rongga mulut yang sehat juga baik bagi tumbuh kembang anak. Karena itu, penting untuk mempertahankan fungsi rongga mulut yang ideal.