“Selama ini untuk skrining agak sulit, hanya mengandalkan pemeriksaan visual dari dokter gigi. Selain itu, untuk teknologi yang lebih baik memiliki keterbatasan karena karena alatnya besar, sulit untuk masyarakat terpencil dan juga mahal harganya,” paparnya.
Baca Juga: Cerita Perjuangan Beradaptasi di Prancis dari Mahasiswa Indonesia
Genosensor yang telah berhasil mendeteksi Mi-R21 terdiri dari glukometer dan glukostrip. Lalu, dilengkapi Propylamine Mesoporous Silica Nanoparticle berukuran 311 nanometer yang dihasilkan dari sekam padi.
“Dari pengujian yang telah kami lakukan terbukti bisa mendeteksi Mi-RNA 21 dengan bantuan glukometer dan glukostrip secara in vitro,” tuturnya.
Dhea menambahkan, penelitian yang mereka lakukan masih perlu pengembangan lebih lanjut. Nantinya, diperlukan penelitian klinis dengan sampel langsung dari pasien penderita kanker mulut. Selain itu, juga dibutuhkan pengujian dalam skala lebih besar untuk menghasilkan genosensor dengan reliabilitas dan validitas yang tinggi.
(Arief Setyadi )