JAKARTA - Plastik menjadi salah satu isu yang ramai dibicarakan. Plastik tidak hanya mengancam kehidupan manusia, tetapi juga para hewan.
Seperti yang video viral belakangan. Seekor lumba-lumba tersangkut plastik di bagian sirip dan paruhnya serta seekor kura-kura yang mati mengenaskan karena tersangkut sedotan pada bagian hidungnya. Bagi manusia, keberadaan limbah plastik juga mengancam kehidupan dari sisi kesehatan.
Mungkin belum banyak yang tahu, jika sebenarnya bahan plastik biodegradable atau plastik yang ramah lingkungan bisa didapatkan dengan mudah.
Baca juga: Penataan Lanskap Istana Presiden di Cipanas Libatkan IPB dan Mahasiswa
Salah satunya adalah bonggol jagung yang selama ini jarang dimanfaatkan, ternyata berpotensi jadi bahan plastik ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan oleh tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Jember yang memberikan pelatihan pembuatan plastik ramah lingkungan berbahan bonggol jagung kepada para ibu-ibu warga Desa Dawuhan Mangli, Kecamatan Sukowono, Jember. Bonggol jagung dipilih karena memiliki kandungan pati yang tinggi, namun jarang dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Dari fakta di lapangan yang ada, kami mengamati selama ini bonggol jagung belum banyak dimanfaatkan, paling banter untuk bahan campuran pakan ternak saja. Untuk itu kami berempat kemudian berpikir mengapa tidak menjadikan bonggol jagung sebagai bahan pembuatan plastik ramah lingkungan, selain bahannya banyak tersedia, pembuatannya pun relatif mudah bahkan ibu rumah tangga pun bisa membuatnya,” ujar Dosen Program Studi Teknik Kimia yang juga menjadi ketua tim Ari Susanti, seperti dikutip dari laman Universitas Jember, Senin (12/8/2019).
Baca juga: Drone Amphibi Monitoring Gunung Berapi, Cek Kecanggihannya
Ari Susanti dibantu tiga koleganya, Rendra Suprobo Aji dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Tika dari Program Studi Teknik Perminyakan dan Fanteri dari Program Studi Teknik Pertambangan.
Proses pembuataan plastik ramah lingkungan berbahan bonggol jagung dimulai dari mencampur bonggol jagung yang sudah dihaluskan dengan aquades atau air murni. Campuran ini kemudian direbus hingga larut dan tercampur rata. Larutan ini kemudian dicampur dengan gliserol dan gelatin, serta pewarna makanan, untuk kemudian dipanaskan kembali.
“Jika sudah tercampur sempurna maka dicetak sesuai keinginan, kali ini kami menggunakan loyang alumunium yang sudah dialasi dengan alumunium foil. Larutan plastik ramah lingkungan ini kemudian harus dipanaskan dalam oven. Terakhir plastik ramah lingkungan ini didiamkan selama 3 hingga 4 hari sebelum siap digunakan,” jelas Ari.
Susanti di hadapan 22 orang ibu-ibu warga Desa Dawuhan Mangli. Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik ini sengaja melatih ibu-ibu usia produktif dengan harapan pembuatan plastik ramah lingkungan bakal menambah pendapatan keluarga.