"Selain itu, sebelum bertolak ke Makassar, seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, kami mengundang anak-anak yatim untuk mendoakan kami agar diberikan kemudahan dan kelancaran yang pada akhirnya mampu mempertahankan gelar juara umum untuk keenam kalinya," ujarnya.
Upaya lain yang dilakukan tim Pimnas 2017, katanya, seluruh anggota tim (kontingen), termasuk dosen pembimbing dikarantina di salah saru tempat di Kabupaten Malang selama tiga hari. Selama karantina tersebut, tim diberikan motivasi, simulasi dengan menghadirkan situasi dan suasana pada saat presentasi materi, serta membuat power point untuk presentasi.
Kontingen UB yang terdiri dari 145 mahasiswa dan 28 dosen pembimbing itu dilepas Rektor UB Prof Moch Bisri di Masjid Fatahillah gedung rektorat kampus setempat pada 18 Agustus lalu. Jumlah dosen pembimbing sedikit karena seorang dosen bisa memberikan bimbingan kepada lebih dari satu tim.
Salah seorang mahasiswa Fakultas Pertanian yang lolos untuk PKM Karya Cipta, Rynaldi Juliansyah, mengatakan proposalnya yang lolos Pimnas adalah alat pendeteksi cacar daun teh yang diberi nama GG Detector. Prototipe bentuk alatnya mirip handphone yang dilengkapi dengan sensor.
Cara kerja BB Detector tersebut, petani cukup melakukan scan pada daun teh untuk melihat penyakitnya. "Kami tidak sendirian, tapi berkolaborasi dengan teman kami dari teknik elektro. Kami menciptakan alat ini dilatarbelakangi oleh kondisi panen teh yang mengalami penurunan pada tahun 2012, namun penurunan itu tidak diketahui apa sebabnya," ujarnya.
(Susi Fatimah)