JAKARTA – Memproduksi suatu karya film, baik fiksi maupun dokumenter, tentu tidak mudah. Tahap praproduksi, produksi, sampai pascaproduksi menjadi bagian yang memiliki kesulitan masing-masing. Namun bagi mahasiswa perfilman, hal tersebut sudah lumrah. Pasalnya beberapa mata kuliah, bahkan tugas Akhir, menuntut mereka menciptakan sebuah karya film.
Hal itu seperti dirasakan oleh salah satu mahasiswa Program Studi Film dan Televisi (FTV) Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bernama Renata Putri. Ia mengungkapkan sudah pernah membuat film dokumenter dan fiksi. Menurut dia, proses pembuatan kedua jenis film tersebut cukup menantang.
"Kalau film dokumenter harus bisa menciptakan skrip di lokasi. Di film dokumenter, kita tidak boleh memgatur subjek, karena itu akan terkesan palsu. Jadi apa yang subjek lakukan kita harus menunggu," ucap Renata di acara UMN Screen, di Goethe Haus Jakarta, baru-baru ini.
Sebelum memproduksi film dokumenter, seorang pembuat film harus mem uat riset terlebih dahulu. Renata mengatakan, untuk membuat film dokumenter berjudul 'Induk Tunggal' berdurasi 15 menit saja mereka membutuhkan waktu dua bulang untuk riset. Sedangkan waktu produksi sendiri membutuhkan waktu selama satu semester.
"Kami sampai mengikuti subjek dari pagi sampi malam. Kami lihat aktivitas dia, baru kami tahu hal unik apa dari subjek yang bisa diangkat. Ternyata di tengah jalan kami juga menemukan momen-momen yang menarik, padahal tidak direncanakan. Tapi yang susah itu memang cari momennya dan pendekatan ke subjek," paparnya.