"Akhir Juli nanti kami juga berencara menggelar simulasi sidang ASEAN yang akan diikuti oleh pelajar SMA. Kegiatan tersebut dilakukan di Universitas Hasanuddin Makassar," terangnya.
Pria yang akrab disapa Hari itu menyebut, adanya MEA bukan berarti setiap orang bisa bekerja di Indonesia. Sebab, mereka yang ingin menjadi tenaga kerja di Tanah Air juga wajib memiliki skill labour untuk bekerja di sini. Begitu juga warga Indonesia yang hendak bekerja di luar negeri.
"Misalnya dokter gigi dari asing kalau memang dibutuhkan dan memiliki skilled labour baru boleh. Semua tetap bergantung pada regulasi nasional," ucapnya.
Dengan menggandeng kampus-kampus, dia berharap masyarakat Indonesia dari kalangan muda bisa lebih kenal dengan ASEAN dan tak perlu khawatir dengan adanya MEA. "Tadi saya menjadi juri di kompetisi public speaking cukup berbangga dengan anak muda sekarang. Saat di usia mereka saya belum memiliki kemampuan seperti itu. Ajang ini juga menjadi salah satu realisasi program membumikan ASEAN dalam people to people context," pungkasnya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)