Inggris, yang marah atas kejadian tersebut, melancarkan serangan besar-besaran pada 10 November, dengan ultimatum kepada rakyat Indonesia untuk menyerah tanpa syarat. Ultimatum tersebut diabaikan, sehingga pertempuran yang berlangsung selama hampir tiga minggu ini menewaskan ribuan rakyat Surabaya dan menghancurkan kota.
Salah satu tokoh utama dalam pertempuran ini adalah Bung Tomo, yang menyulut semangat perlawanan rakyat lewat siaran Radio Pemberontakan yang dikelola oleh Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI).
Selain itu, dukungan dari tokoh-tokoh agama seperti KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahab Hasbullah, yang mengerahkan santri dan masyarakat untuk turut serta dalam perlawanan, memperkuat semangat juang rakyat Surabaya. Akibat pertempuran yang hebat ini, Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan.
Sebagai penghormatan atas pengorbanan para pejuang, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Peringatan ini bertujuan untuk mengingat dan menghargai jasa para pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawa mereka demi kemerdekaan Indonesia.
Tema Hari Pahlawan 2024 adalah "Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu." Tema ini disebutkan dalam Pedoman Hari Pahlawan 2024 yang dirilis oleh Kementerian Sosial (Kemensos). Tema ini mencerminkan semangat kebangsaan yang kuat. Panggilan untuk bersatu, menjaga identitas nasional, dan memperkuat rasa cinta tanah air.
(Taufik Fajar)