JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempermudah proses perizinan riset di Indonesia dengan memperkenalkan inisiatif Integrasi Layanan Perizinan Riset (Inline). Inisiatif ini kenalkan dalam acara sosialisasi yang diadakan BRIN bekerja sama dengan Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) dan Pemerintah Kabupaten Kupang pada Rabu (21/8) di Auditorium Rektorat Unwira, Kupang.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI XV) Adrianus Amheka menegaskan pentingnya riset dalam mendukung pembangunan nasional.
"Tidak akan maju suatu negara tanpa riset," ujar Adrianus, Rabu (28/8/2024).
Dia juga menekankan bahwa Perguruan Tinggi memiliki peran sentral dalam menciptakan ekosistem riset yang kondusif.
Inline merupakan inisiatif yang digagas BRIN untuk mengintegrasikan berbagai layanan perizinan riset yang sebelumnya tersebar di berbagai Kementerian dan Lembaga (K/L). Direktur Tata Kelola Perizinan Riset dan Inovasi BRIN Tri Sundari, menjelaskan bahwa Inline dirancang untuk mempercepat proses perizinan riset dengan menghilangkan kebutuhan untuk mengunggah dokumen yang sama di beberapa aplikasi berbeda.
"Saat ini masing-masing K/L memiliki proses bisnis dan mekanisme masing-masing yang bersifat parallel. Artinya proses perizinan di suatu instansi pemerintah baru dapat dilaksanakan setelah proses perizinan sebelumnya telah selesai. Dengan penerapan Inline diharapkan perizinan riset di Indonesia sudah satu pintu, seperti OSS pada perizinan berusaha," jelas Tri Sundari.
"Dengan Inline, diharapkan iklim riset di Indonesia menjadi lebih kondusif dan mampu mendorong terciptanya inovasi baru," tambahnya.
Dalam paparannya, Tri Sundari menekankan bahwa perizinan riset yang efisien tidak hanya penting bagi peneliti dalam negeri, tetapi juga untuk menarik minat peneliti asing yang ingin melakukan riset di Indonesia. "Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang luar biasa, yang menarik perhatian peneliti dari seluruh dunia. Dengan layanan perizinan yang lebih mudah, kita dapat meningkatkan investasi riset dan inovasi di negara ini," tambahnya.
Dengan sistem Inline, proses perizinan riset menjadi lebih sederhana dan terintegrasi, memungkinkan peneliti untuk mengajukan izin melalui satu platform. Selain itu, pemohon dapat memantau status permohonan secara real-time, sehingga mengurangi ketidakpastian dalam proses perizinan. Layanan ini dapat diakses oleh seluruh peneliti, baik WNI maupun WNA, yang akan melakukan riset di Indonesia.
Tri Sundari menjelaskan, sosialisasi ini juga memberikan informasi tentang berbagai program dan skema pendanaan riset yang dapat dimanfaatkan oleh dosen dan mahasiswa di Kupang. Wakil Rektor I Unwira Samuel Igo Leton, menyambut baik inisiatif ini dan menyatakan bahwa Unwira akan memanfaatkannya untuk mendukung riset yang mengangkat budaya lokal serta mendukung pembangunan daerah.
Melalui sosialisasi ini, BRIN berharap dapat menciptakan iklim riset yang lebih baik di Indonesia, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas riset dan inovasi yang dihasilkan. Peningkatan layanan perizinan ini juga diharapkan dapat meningkatkan citra Indonesia sebagai negara yang ramah bagi kegiatan riset dan inovasi.
Dengan implementasi Inline, BRIN berkomitmen untuk memberikan layanan yang lebih efisien dan transparan, yang tidak hanya memudahkan peneliti dalam negeri, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai destinasi riset yang menarik bagi peneliti dari seluruh dunia.
"Selain akan meningkatkan investasi di bidang riset juga akan meningkatkan citra perizinan riset di Indonesia di mata dunia," pungkas Tri Sundari.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)