Namun yang diingat Keith adalah kesempatan yang singkat untuk hidup mandiri yang diberikan oleh sang kaisar sebagai seorang pelajar.
"Salah satu kemewahan terbesar yang dapat kita miliki adalah kebebasan sebagai pribadi," ucap Keith.
Kebebasan itu bahkan sampai pada hal-hal kecil, "Seperti pergi makan pizza kapan pun dia mau".
Di Inggris, sang putra mahkota bisa bepergian beberapa kali tanpa diketahui identitasnya dan Keith berkata bahwa sahabatnya itu "senang" karena bisa bepergian dengan cara yang tidak terlalu formal serta tidak menarik perhatian.
"Dia menyukai pemandangan di sekitar Oxford, menikmati pub dan restoran," sambung Keith.
"Dia suka tertawa, dia ingin merasakan pengalaman menjadi mahasiswa yang sebenarnya," imbuhnya mengenang persahabatan mereka.
Itu termasuk saat pangeran Jepang memainkan biola bersama band mahasiswa AS yang memainkan musik bluegrass – genre musik yang berkembang pada tahun 1940-an di wilayah Appalachian, AS.
Meskipun kunjungan kenegaraan tersebut dimeriahkan dengan karpet merah yang digelar untuk Kaisar Naruhito, termasuk jamuan makan kenegaraan di Istana Buckingham, dia mungkin menantikan kesempatan untuk mengenang persahabatan di masa kuliah mereka.
"Saya tahu siapa dia, saya menghormatinya, tetapi persahabatan kami lebih berkaitan dengan siapa dia sebagai pribadi. Saya bukan teman [hanya] karena saat itu dia adalah putra mahkota," jelas Keith.
Sekarang kedua pria itu berusia 60-an dan Keith ingin melihat putri mereka bertemu serta melanjutkan persahabatan ke generasi berikutnya.
Dan dia mengenang kembali dengan penuh kasih sayang mengenai hubungan mereka yang langgeng dan tak terduga itu.
"Saya bisa mengatakan bahwa dia adalah teman baik saya, Kaisar Jepang."
(Rani Hardjanti)