Kisah Sopir Bajaj Pindah Domisili dan KTP Jakarta demi Anak Dapat KJP

Atikah Umiyani, Jurnalis
Rabu 24 April 2024 18:38 WIB
Kisah Sopir Bajaj Pindah KTP Jakarta demi Anak Dapat KJP (Foto: Atikah/MPI)
Share :

JAKARTA - Seorang sopir bajaj bernama Agus Firmansyah membagikan kisahnya yang rela pindah ke Jakarta demi sang anak mendapatkan bantuan pendidikan berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Agus yang sudah menjadi sopir bajaj sejak 2004 mengaku bahwa semenjak ada transportasi online, pengguna bajaj mengalami penurunan.

Bahkan dalam satu hari, dirinya hanya bisa mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp100 ribu sampai Rp150 ribu.

"Belum setoran, belum beli gas, (jadi) paling bawa pulang sisa setoran Rp60 ribu dan gas Rp20 ribu. Jadi bawa pulang paling Rp70 ribu sampai Rp80 ribu," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (24/4/2024).

Dengan pendapatan sekecil itu, Agus harus menghidupi istri dan dua orang anaknya yang berusia 17 dan 10 tahun. Dia mengeluhkan biaya seragam sekolah yang diakuinya memberatkan. Oleh karena itu, dirinya dan sang istri memutuskan untuk pindah ke Jakarta dari pandeglang, Banten.

"Seragam sekolah yang buat mahal, boro-boro dapat KJP. Saya sudah pindah saya dari tahun berapa ya pas anak saya yang SMK kelas 3 mau masuk kelas 1 pindah, saya pindah alamat, pindah KTP DKI supaya tapi ya tidak dapat juga," tuturnya.

Dikatakan Agus, dirinya sudah melaporkan ke sekolahan sang anak, namun ternyata diminta untuk mendaftar Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

"Saya sudah lapor sekolahnya, katanya supaya bisa daftar DTKS, tapi saya kan ga paham. Saya kalau tidak narik ya tidak makan anak saya, kalau buat mondar-mandir belum tentu diterima, gapapa lah udahlah tidak usah gitu-gitu, narik aja," ungkap Agus.

Namun dirinya tetap bersyukur lantaran tahun ini anak pertamanya akan lulus sekolah. Sebab diakuinya, perjuangannya terlalu berat dari pertama nikah sampai memiliki anak 2 seperti saat ini.

"Terlalu berat perjuangannya, dari pertama nikah sampai sekarang sudah punya anak 2 cari duit di jalanan bagaimana susahnya anak sekolah yang SMK bayaran setiap bulan Rp500 ribu, yang kecil Rp150 ribu ya mau bagaimana lagi cuma bisa narik bajaj," pungkasnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya