Canggih! Pelajar SMK Ciptakan Inovasi Aplikasi Pelestarian Pesisir Pantai

Avirista Midaada, Jurnalis
Jum'at 06 Oktober 2023 13:45 WIB
Pelajar SMK ciptakan aplikasi pelestarian lingkungan (Foto: Avirista Midaada)
Share :

MALANG - Pelajar SMK di Kota Malang berinovasi membuat aplikasi yang dirancang untuk melestarikan lingkungan ekosistem pesisir pantai. Aplikasi berbasis Internet of Things (IoT) kreasi tiga murid SMK Telkom Malang yang dinamakan mangrove ini diklaim mampu memudahkan pemantauan ekosistem lingkungan hutan mangrove atau bakau di pesisir pantai.

Salah satu anggota tim M. Fikri Alfaraby mengatakan, pembuatan aplikasi pemeliharaan lingkungan pesisir ini terinspirasi dari mulai rusaknya ekosistem pesisir pantai di beberapa daerah di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh Indonesia memiliki luasan hutan mangrove terbesar di Asia, dengan jumlah 3,5 juta hektar lahan, tetapi dari jumlah itu 30 persen di antaranya rusak.

"Karena masyarakatnya masih belum memaksimalkan potensi dari tanaman mangrove ini. Jadi mereka lebih memilih untuk merusak tanaman mangrove, dibanding memanfaatkanya. Jadi mengalihkan menjadi pertambakan, perindustrian dan sebagainya," ucap Fikri, ditemui pada Jumat (6/10/2023).

Berangkat dari sanalah ia dan kedua temannya melakukan penelitian dan pembuatan peralatan serta aplikasi berbasis IoT, untuk pengaturan ekosistem mangrove selama dua bulan. Penelitian dilakukan sejak Juni dan dikembangkan pada Juli lomba Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) diikuti oleh 300 lebih pelajar seluruh Indonesia, yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Aplikasi Manggrow ini dapat memfasilitasi masyarakat melestarikan lingkungan berbasis teknologi. Dimana aplikasi ini menjadi penghubung antara masyarakat, pegiat lingkungan, serta petani untuk merehabilitasi tanaman mangrove," paparnya.

Masyarakat juga hanya perlu mengawasi pepohonan mangrove yang sudah ditanam dari jarak jauh. Hal ini memungkinkan dilakukan karena aplikasi dan sistem kerjanya berbasis dengan menggunakan teknologi Internet of Things (IoT), sehingga bisa dikontrol jarak jauh tanpa mendatangi lokasinya.

 BACA JUGA:

Cara Kerja Aplikasi

Apalagi aplikasi ini mampu membaca segala hal mengenai kondisi tanaman mangrove dan sekitarnya, dengan basis sensor yang diletakkan di sekitar tanaman mangrove, mulai dari kelembapan tanah, kelembapan udara, cahaya, progres penanamannya dari pembibitan, perawatan, penanaman, hingga lokasi mangrovenya ditanam.

"Alat IoT akan memunculkan sebuah data - data seperti suhu, temperatur, PH air, kelembapan dan lain sebagainya. Untuk nantinya masyarakat atau pengguna kita bisa melihat data - data tersebut dan memonitoring pertumbuhan mangrove mereka," tuturnya.

Di aplikasi ini juga disebutkan Fikri masyarakat bisa berdonasi untuk program pelestarian lingkungan mangrove, yang dikembangkan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM), maupun pegiat lingkungan pesisir lainnya. Kemudian juga nantinya pengguna aplikasi mendapat sertifikat resmi sebagai bukti bahwa mereka telah menanam mangrove.

"Kemudian di aplikasi kita juga akan disertakan dokumen penanaman, dan sebagainya. Kemudian nanti ada rangking, reward poin. Nanti pengguna dapat berkompetisi dengan pengguna lainnya untuk menanam atau melestarikan mangrove," terangnya.

Saat ini aplikasi tengah dikembangkan dari prototipe menjadi lebih nyata untuk sistem konservasi mangrove. Pihaknya berupaya bekerjasama dengan Clungup Mangrove Conversation (CMC) yang ada di kawasan konservasi Cagar Pulau Sempu.

"Kita masih masih bekerjasama dengan CLC Mangrove Conservation di wilayah Malang untuk menerapkan aplikasi kita. Masih dalam proses penerapan memang, tugas kita untuk memastikan bahwa alat yang kita buat berjalan. Jadi memang dalam proses pengembangan," paparnya.

Fikry juga masih menyiasati supaya biaya pemeliharaan dan pembuatan aplikasi dan implementasi ini lebih terjangkau di masyarakat. Sebab secara perhitungan setidaknya biaya penelitian pengembangan hingga produksi memakan Rp 131 juta, untuk empat kuarter dan satu tahun.

 BACA JUGA:

"Yang paling mahal untuk R&D Reseacrh and Development atau pengembangan. Kita juga akan building developer aplikasinya, kemudian akan memperluas sensor kita, sehingga bisa menjangkau luas wilayah di area penanamannya," ungkapnya.

Berkat aplikasi inovasi pemeliharaan ekosistem pesisir pantai ini, para pelajar SMK Telkom berhasil menjadi juara 1 Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI). Ia dan dua rekannya dibawah bimbingan pengajar Muhammad Arifin, mampu mengalahkan lebih dari 300 tim peserta dalam tiga tahapan, hingga akhirnya melaju di babak final yang diikuti oleh enam tim peserta.

"Dari sekitar 340 peserta itu kita lolos ke final, jadi tiga tahapan sebelum ke final. Di final karena kategori kita teknologi digital, lawannya ada enam tim peserta. Alhamdulillah dapat juara satu," kata dia.

(Marieska Harya Virdhani)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya