JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang kini sudah memasuki era transisi endemi memberi fakta bahwa pasien komorbid atau pasien dengan riwayat penyakit penyerta adalah yang paling terdampak. Penelitian terbaru dilakukan oleh Profesor Farmasi Klinis dari Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta (UTA’45 Jakarta) Prof. Diana Laila Ramatillah, Ph.D.
BACA JUGA:
Dia baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar dan Profesor termuda di era kepemimpinan Dr. Rudyono Darsono. Prof. Diana Laila Ramatillah, Ph.D menyampaikan orasi olmiah tentang : “Peran Farmasis dalam Penelitian Farmasi Klinis dengan Topik Infeksi Pada Pasien dengan Komorbid Penyakit Degeneratif di Era Pandemi Covid-19”.
Seperti dibuktikan bahwa 26% pasien Covid-19 di Jakarta meninggal karena memiliki comorbidities penyakit degeneratif. Hubungan yang signifikan ditemukan antara durasi pengobatan dan penyakit penyerta. Oleh karena itu, perhatian dan waktu yang besar harus diberikan kepada pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan lebih lanjut, beberapa jenis komorbid penyakit degeneratif di antaranya adalah gagal ginjal, hypertensi, diabetes mellitus, dan hypercholesterolemia.
“Pada penelitian ini, hampir semua regimen terapi untuk pasien menggunakan kombinasi dengan klorokuin namun yang memiliki survival analysis (ketahanan hidup) yang paling baik adalah kombinasi Favipiravir dan Klorokuin dengan 100 pasiennya sembuh,” katanya kepada wartawan, Jumat (22/9/2023).
Farmasi klinis merupakan bagian dari tubuh farmasi yang yang beririntasi pada pasien. Prof Diana Ramatillah, Ph.D menyampaikan bahwa Farmasi atau apoteker yang dulu hanya fokus pada pembuatan obat, sekarang merupakan bagian dari tim Kesehatan yang membantu dan meningkatajn quality of life pasien melalui penggunaan obat yang tepat.