Di era Artificial Living, kata dia, banyak inovasi yang muncul dari hasil modifikasi genetik. Misalnya, buah-buahan yang dulu berukuran kecil dan memiliki banyak biji, kini terus dikembangkan, hingga orang bisa mendapati buah pisang, semangka, bahkan alpukat tanpa biji. Selain itu, berbagai tantangan terkait isu lingkungan, sosial, dan pemerintahan juga semakin meningkat. Bahkan, tak jarang berita palsu mudah tersebar karena adanya kecanggihan teknologi.
Melihat tantangan tersebut, Rhenald mendorong para mahasiswa untuk membekali diri agar mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan di masa depan.
"Banyak negara yang membutuhkan lulusan UI, dengan catatan lulusan UI memiliki kualitas yang mampu menjawab tantangan global,” ujar Rhenald.
Menurutnya, ada lima kompetensi yang harus dimiliki seseorang untuk dapat bersaing di tingkat dunia. Kelima skill tersebut adalah Conversational IQ, Creativity and Critical Thinking, Intercultural Competence and Citizenship, Digital Literacies, serta Ecosystem. Mahasiswa harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik serta daya kreativitas dan pemikiran yang kritis. Ketika menerima suatu informasi, mahasiswa harus mampu mengecek validitasnya, karena ia bertanggung jawab pada informasi yang disebarkannya.
BACA JUGA:
Selain itu, mahasiswa juga harus mampu memahami relasi antarbudaya dan kewarganegaraan sehingga dapat menghasilkan solusi atas masalah yang dialami oleh masyarakan global. Ini dapat diperoleh dengan terus meningkatkan literasi melalui perkembangan digital, serta peka terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
“Artinya, sebagai mahasiswa, pintar saja tidak cukup, tetapi diperlukan juga kecerdasan sosial dan emosional,” kata Rhenald.
(Marieska Harya Virdhani)