JAKARTA - Ratusan program beasiswa, baik yang dikelola pemerintah/pemda maupun swasta (perusahaan, lembaga filantropi, dan lain-lain) dinilai belum berkontribusi optimal dalam meningkatkan Angka Partisipasi Murni (APM) anak-anak Indonesia di semua jenjang pendidikan dan mencegah mereka putus sekolah.
Pemberian beasiswa perlu memperhatikan masa kritis siswa saat putus sekolah, serta memperbaiki proses pendataan, seleksi dan mekanisme pemyalurannya.
Hal ini mengemuka pada acara Dialog Pendidikan yang digelar Asa Dewantara di Jakarta.
Forum diskusi yang membahas topik “Menyoal Aksesibilitas dan Efektivitas Beasiswa untuk Membantu Pendidikan Kelompok Miskin” ini mengupas berbagai dinamika dan tantangan dalam pengelolaan beasiswa, khususnya yang didedikasikan untuk anak-anak miskin.
Acara ini menghadirkan 4 narasumber, yakni Nyimas Gandasari, M.I.Kom. (Peneliti Asa Dewantara), Vivi Alatas, Ph.D. (ekonom dan peneliti kemiskinan dan pendidikan), Doni Koesoema, M.Ed, (Pemerhati pendidikan dan Dosen Universitas Multimedia Nusantara), dan Rina Fatimah, S.Sos, M.Si. (GM Pendidikan Dompet Dhuafa), serta dihadiri para pengelola beasiswa, pendidik, pemerintah dan pemda, akademisi, pemerhati pendidikan, serta jurnalis media massa.