Akibatnya, mahasiswa rentan mengalami kebingungan untuk mengatur dan mengerjakan semua beban dan tugasnya.
Hal ini dapat berdampak pada munculnya stres dan gejala gangguan kesehatan mental baik berskala ringan maupun berat.
"Kita sebagai mahasiswa seringkali dihadapkan pada dua hal, yaitu kegiatan akademik dan non-akademik, ya seperti organisasi maupun kepanitiaan lah. Akademik kan sesuatu yang wajib, tetapi di sisi lain mahasiswa juga ingin ikut organisasi, kepanitiaan, dan lain-lain. Masalahnya, orang-orang ini kan cepat stres kalo ikut semua itu kan. Aku ingin nantinya stres mahasiswa itu bisa terkontrol dengan cara memanajemen kegiatannya lewat ide smartwatch yang aku gagas ini,” katanya, Senin (17/10/2022).
Lebih lanjut, mahasiswa program studi ilmu sejarah itu mengatakan bahwa gagasan yang diusungnya memiliki beberapa fitur canggih, seperti fitur deteksi detak jantung guna mengukur tingkat kecemasan atau stres pengguna, fitur musik sebagai hiburan, serta fitur sharing story.
Smartwatch itu juga dilengkapi dengan sistem artificial intelligence.