JAKARTA - Tim mahasiswa ITS menggagas penelitian dengan menguji efektivitas biji buah butun secara uji fitokimia terhadap survival rate ikan kerapu cantang.
Penelitian itu berawal dari mimpi tentang nelayan Indonesia agar terus bisa mewujudkan SDGs dalam revitalisasi perikanan, memotong jalur distribusi, dan meningkatkan kualitas ikan.
Para mahasiswa ITS itu di antaranya Ramadhita Putra Purnomo, Dwi Mayasari, dan M Sahar Mahdan Ardli. Mereka berhasil menuangkan gagasannya lewat karya tulis berjudul Pemanfaatan Ekstrak Biji Buah Butun (Barringtonia asiatica) sebagai Anestesi dengan Uji Fitokimia sebagai Solusi Distribusi Ikan Kerapu Cantang Hidup Segar.
Ketua Tim Ramadhita Putra Purnomo mengatakan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi dengan masih banyaknya nelayan yang mempertahankan kesegaran ikan dengan cara pembekuan. Padahal, hal tersebut berdampak negatif karena dapat menurunkan mutu ikan secara fisik, kimiawi, dan biologis.
"Oleh karena itu, diperlukan solusi inovatif untuk mengatasi masalah distribusi perikanan dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia, salah satunya anestesi dengan buah butun," jelasnya, melalui siaran pers, Sabtu (16/4/2022).
Baca juga: Bantu Masyarakat Jual Barang Rongsokan, Mahasiswa ITS Gagas Aplikasi Bank Sampah Digital
Berdasarkan literatur penelitian, sifat anestesi tersebut didapatkan dari senyawa saponin yang terkandung di dalam buah butun. Sehingga, penelitian ini juga menyajikan data dan fakta mengenai efek anestesi melalui serangkaian metode ilmiah.
Baca juga: Berawal dari Bambu Tali, Mahasiswa Ini Bisa Buat Elektrolit Padat Baterai
Tak hanya itu, penelitian ini dibuat dengan memuat uji fitokimia kandungan saponin pada ekstrak biji buah butun dan uji trial run pada ikan kerapu cantang. Lebih lanjut, uji fitokimia yang dilakukan menggunakan larutan asam klorida.
Lalu asam klorida direaksikan dengan ekstrak biji buah butun yang kemudian dikocok selama 10 detik. Hasil pengocokan menunjukkan bahwa larutan berbuih. Dengan demikian uji fitokimia yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa biji buah butun mengandung saponin.
Sedangkan busa dapat terbentuk karena saponin mempunyai sifat dapat menurunkan tegangan permukaan air. Buih di sini dimaksudkan sebagai suatu struktur yang relatif stabil yang terdiri dari kantong udara terbungkus dalam lapisan tipis cairan.
"Sehingga dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat penurun tegangan permukaan, dalam hal ini adalah molekul saponin," paparnya.
Setelah melewati berbagai proses penelitian, pemuda yang akrab disapa Rama ini menyimpulkan, ekstrak biji Barringtonia asiatica sangat berpotensi sebagai bahan anestetik dengan senyawa metabolit sekunder saponin yang dibuktikan dari pengukuran secara kuantitas dan kualitas melalui uji fitokimia.
Baca juga: Gagas Mobil Bertenaga Tekanan Gas, Tim Spektronics ITS Raih Emas
Hasil terbaik adalah pemingsanan ikan dengan konsentrasi 15 mg/L yang dapat digunakan untuk transportasi rantai kering kerapu cantang selama tidak lebih dari 8 jam dengan tingkat kelangsungan hidup 100 persen.
Ekstrak biji Barringtonia asiatica atau butun saat proses anestesi juga mengakibatkan penurunan respon ikan dan gerak operkulum yang melambat, sehingga akan menurunkan tingkat respirasi ikan yang akan mengganggu proses metabolisme.
Baca juga: Nilai UTBK ITS, Silakan Dicek supaya Bisa Kuliah di Surabaya!
"Turunnya metabolisme menyebabkan ikan sulit merespon dan akan terjadi penurunan kerja otak pada ikan," ujar Rama.
Ketika ditanya mengenai strategi SDGs dari hasil penelitian ini, mahasiswa bimbingan Prof Setiyo Gunawan ST PhD ini mengaku menggunakan tiga unsur triple helix dan prinsip timbal balik yang meliputi akademisi (perguruan tinggi serta lembaga penelitian dan pengembangan), pemerintah (government), dan para pelaku sektor bisnis.
"Dengan hal tersebut, inovasi anestesi ikan dari ekstrak biji buah butun dapat diimplementasikan secara luas," tandasnya optimistis.
Baca juga: ITS Sediakan Isolasi Mandiri bagi Mahasiswa yang Terpapar Covid-19
(Fakhrizal Fakhri )