Keberagaman latar belakang para editor tersebut memastikan tidak adanya dominasi perspektif tunggal dalam penyusunan narasi sejarah.
“Kebaruan buku ini berasal dari temuan-temuan sejarah dalam kurun waktu sekitar 20 tahun terakhir, serta pendekatan metodologi yang Indonesia-sentris, berangkat dari otonomi sejarah, tetapi tetap ditempatkan dalam konteks global,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa sejarah Indonesia tidak dapat dilepaskan dari interaksi internasional. Pelayaran dan perdagangan Nusantara dengan berbagai bangsa telah membentuk kebudayaan yang khas.
Perjumpaan dengan Barat kemudian melahirkan kolonialisme yang memicu antitesis dan perjuangan panjang hingga mencapai kemerdekaan.
“Setelah itu, sejarah bergerak pada upaya mempertahankan kemerdekaan, memasuki era 1950-an ketika Soekarno tampil sebagai pemimpin dunia, hingga masa pembangunan di era Soeharto. Semua itu dirangkai dalam satu alur besar dinamika kebangsaan,” pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)