Ia memberi contoh bahwa di lingkungan UGM sendiri dari total 60.000 mahasiswa, sebanyak 45.000 di antaranya telah menggunakan AI dalam aktivitas keseharian maupun dalam aktivitas akademik.
“Misal katakanlah UGM, dari 60 ribu mahasiswa, kira-kira 45 ribu sudah memakai teknologi ini. Saya perkirakan pada tahun 2030, adopsinya bisa mencapai 100 persen,” ujarnya.
Ridi menilai, penggunaan AI dari sisi positif dapat memberi perubahan bagi cara belajar dan mengembangkan kreativitas generasi muda. Terlebih adanya teknologi generative AI yang dapat menjadi teman belajar dalam memahami konsep, bukan sekadar memberi jawaban instan.
“Contohnya pada Gemini AI yang memiliki fitur guided learning yang akan mengajari kita dan melakukan deep research, sehingga membantu kita menganalisis jawaban lebih dalam. Tidak sebatas menerima jawaban mentah-mentah,” jelasnya.
Kendati demikian, penggunaan AI secara berlebih tanpa adanya verifikasi dalam menerima informasi dapat memberikan ketergantungan, ia menyebut fenomena ini sebagai DDA atau ‘dikit-dikit AI’.
(Rani Hardjanti)