 
                "Inovasi ini berawal dari besarnya potensi limbah minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) di Indonesia yang mencapai sekitar 1,2 juta kiloliter per tahun dengan pertumbuhan sekitar 2,32% setiap tahunnya," ujar Vero, seperti dikutip dari laman ITB, Jumat (31/10/2025).
Sayangnya, potensi tersebut hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal. Melalui konversi minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat, Tim Agrinuva menghadirkan solusi berkelanjutan untuk mengubah limbah energi nasional menjadi sumber energi yang bernilai guna tinggi.
“Sangat bersyukur dapat merasakan pengalaman pertama menang kompetisi berskala internasional," ujarnya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi masyarakat maupun industri. Pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar ramah lingkungan tidak hanya membantu mencegah pencemaran air dan tanah akibat pembuangan limbah minyak, tetapi juga mampu menurunkan emisi karbon hingga 80 persen dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil.
Selain itu, inovasi ini diharapkan turut berkontribusi dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil serta mempercepat upaya pencapaian target net-zero emission, khususnya di sektor penerbangan.
Usai kompetisi, Tim Agrinuva berkomitmen untuk terus mengembangkan diri dalam riset dan inovasi energi berkelanjutan, baik melalui studi akademik maupun kolaborasi penelitian yang mendukung transisi energi hijau di Indonesia.
Prestasi ini dapat menjadi motivasi bagi para mahasiswa untuk terus berkontribusi nyata dalam pengembangan energi bersih dan inovasi hijau demi terwujudnya masa depan Indonesia yang berkelanjutan.
(Rani Hardjanti)