Meski kiprahnya besar, nasib Tan Malaka tragis. Ia dieksekusi tanpa pengadilan pada tahun 1949 oleh sesama pejuang Republik, di tengah gejolak konflik internal pasca-kemerdekaan. Lalu, pada tahun 1963, Presiden Soekarno menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional.
Pengakuan terhadap peran besar Tan Malaka terus tumbuh. Banyak pihak kini menyebutnya sebagai "Bapak Republik Indonesia" karena ide dan visinya tentang Republik Indonesia mendahului tokoh-tokoh lainnya.
Kini, nama Tan Malaka mulai kembali diperbincangkan, terutama oleh generasi muda yang ingin menggali kembali akar sejarah Indonesia yang lebih lengkap dan jujur. Ia tidak hanya simbol perlawanan, tapi juga lambang dari mimpi besar tentang republik yang adil dan merdeka.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)