Jakarta, Okezone - Kesempatan kerja di luar negeri bagi anak muda Indonesia terbuka lebar, seiring tingginya kebutuhan negara-negara maju yang mengalami ageing population terhadap tenaga kerja asing. Kondisi ini menjadi peluang bagi lulusan pendidikan vokasi, baik sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun lembaga kursus dan pelatihan (LKP), untuk mengisi jutaan lapangan kerja di lebih dari 100 negara.
Data analisis proyeksi penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) tahun 2024-2026 yang dilakukan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) menunjukkan adanya potensi kenaikan penempatan pekerja migran Indonesia ke luar negeri secara bertahap hingga 2026 mendatang. Pada tahun 2024 jumlah PMI yang ditempatkan diperkirakan mencapai 298.302 penempatan.
Pada 2025 proyeksi penempatan tenaga migran Indonesia diperkirakan meningkat sekitar 9,34 persen dari tahun 2024 atau menjadi 326.165. Proyeksi kembali meningkat 3,85 persen atau 338.707 penempatan pada tahun 2026.
Namun, saat ini peningkatan tersebut dihadapkan pada tantangan terkait kesiapan sumber daya manusia (SDM) calon pekerja migran yang kompeten dan relevan dengan kebutuhan industri di luar negeri. Sebagai contoh, dari 1,7 juta permintaan tenaga kerja yang ada, Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 297.000 tenaga kerja.
Selain itu, dari sekitar 5,2 juta PMI yang ada saat ini, sekitar 57 persen merupakan pekerja di sektor informal yang didominasi pekerja perempuan dengan pendidikan rata-rata SD dan SMP. Kondisi tersebut membuat mereka rentan mengalami kasus kekerasaan karena kompetensi yang relatif masih rendah.
Sinergi Perkuat Peran Pendidikan Vokasi
Sebagai institusi yang berperan menyiapkan SDM yang kompeten, tingginya peluang kerja di luar negeri tersebut ditangkap baik oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Berkolaborasi dengan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) dan KP2MI, Kemendikdasmen berkomitmen bersama-sama menyiapkan tenaga kerja yang kompeten, terampil, dan berdaya saing global untuk mengisi pasar tenaga kerja di sejumlah negara, seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, Amerika, Uni Emirat Arab, dan sebagainya.
Kerja sama ini akan mendorong penyiapan SDM lulusan vokasi yang kompeten dan berdaya saing global, serta membuka kesempatan yang lebih luas bagi lulusan vokasi untuk bekerja sebagai pekerja migran Indonesia yang profesional.
Terkait keberangkatan tenaga kerja profesional lulusan Vokasi, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Tatang Muttaqin menyampaikan, berdasarkan data per Februari 2024, jumlah lulusan yang telah dan akan berangkat ke luar negeri pada tahun ini mencapai 913 orang. Untuk estimasi, keberangkatan pada tahun 2025 diperkirakan paling banyak terjadi pada periode Juni hingga Agustus, dengan jumlah peserta sebanyak 368 lulusan.
Saat ini para lulusan tersebut sedang dalam tahap penyiapan atau pelatihan yang akan dimulai pada April mendatang. Mereka berasal dari berbagai bidang keahlian, seperti pariwisata, kesehatan dan pekerjaan sosial, pertanian dan agribisnis, kemaritiman, perhotelan, kapal pesiar dan sebagai.
Pelatihan dilakukan melalui kerja sama antara SMK, mitra industri luar negeri, dan KP2MI selama kurang lebih enam hingga delapan bulan. Materi pelatihan meliputi bahasa dan budaya negara tujuan, kompetensi teknis sesuai bidang, pembekalan soft skills dan ketenagakerjaan internasional, serta simulasi dan sertifikasi.
Tidak hanya di sekolah, penyiapan dan pelatihan dilakukan di balai-balai pelatihan kerja yang ada di bawah Kemenaker. Dengan demikian, para siswa tidak hanya dapat menguatkan kompetensinya, tetapi juga memiliki sertifikasi-sertifikasi dari Kemenaker yang sudah terstandar.