Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bahasa Slang Menggandrungi Generasi Alpha, Brain Rot Mengancam Jati Diri

Opini , Jurnalis-Kamis, 06 Maret 2025 |19:39 WIB
Bahasa Slang Menggandrungi Generasi Alpha, Brain Rot Mengancam Jati Diri
Dosen Unika Atma Jaya (Foto: Okezone)
A
A
A

2. Banyak Konten Populer 

Banyak konten populer di TikTok yang menampilkan bagaimana generasi lebih tua, seperti baby boomer dan milenial mengalami kebingungan dengan berbagai istilah yang digunakan generasi alpha. Bahkan konten dengan tema serupa menjadi konten yang viral di media sosial.

Fenomena ini menandakan bahwa media sosial tidak hanya berperan dalam memperkuat identitas kelompok tertentu, tetapi juga menjadi salah satu faktor penyebaran tren komunikasi yang pada akhirnya akan berkontribusi pada terbentuknya budaya masyarakat digital.

Generasi alpha yang lahir pada tahun 2013-2025 secara otomatis tumbuh dalam era digital dengan akses informasi yang tak terbatas. Mereka dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi dan 

tren global melalui media sosial, khususnya TikTok. Tidak dipungkiri, bahwa TikTok menjadi salah satu platform media sosial dengan algoritma yang mutakhir, karena pengguna dapat dengan mudah mengumpulkan berbagai informasi berupa video singkat hanya dengan mengetikkan kata kunci pada kolom pencarian. Sehingga wajar jika bahasa slang generasi alpha di Indonesia yang berasal dari bahasa asing cepat tersebar di Indonesia.

Kini konten di TikTok tidak hanya menjadi hiburan bagi masyarakat, tetapi juga memberikan rekomendasi dan pengetahuan. Misalnya, sebelum seseorang memutuskan untuk membeli barang tertentu, Ia dapat dengan mudah membuka TikTok untuk mencari testimoni dari pengguna lainnya. TikTok memang menawarkan kemudahan kepada kita untuk bisa mempublikasikan informasi dan pengalaman. Namun perlu diwaspadai karena konten di TikTok yang cenderung lebih singkat, ringan, dan dangkal yang juga dapat menjadi ancaman. Salah satunya yaitu brain rot. 

Istilah brain rot sempat ramai pada akhir 2024, bahkan masuk sebagai salah satu kata yang populer di dunia maya. Dilansir dari website Oxford University Press (2024), brain rot adalah salah satu kondisi kemerosotan mental dan intelektual seseorang karena konsumsi konten dari media sosial secara berlebihan. Atensi seseorang dapat mengalami penurunan drastis karena terpaan informasi yang begitu banyak dan terbiasa menyerap informasi yang relatif pendek.

Brain-rot bisa menjadi ancaman bagi semua pengguna internet, termasuk generasi alpha. Apalagi kemudahan akses terhadap media sosial membuat siapapun bisa menjadi net-speaker. Ramainya penggunaan bahasa slang di kalangan generasi alpha dapat menjadi gejala perubahan sosial yang patut diwaspadai.

Mengingat bahasa menjadi salah satu alat komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan ini memunculkan kekhawatiran tentang dampaknya pada sikap hingga kemampuan berpikir kritis generasi alpha. Apalagi bahasa slang cenderung digunakan dalam konteks informal. 

Berangkat dari hal tersebut, tampaknya sudah saatnya generasi alpha memperoleh pendampingan dan edukasi yang tepat. Tidak hanya dalam institusi pendidikan formal, tetapi juga dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.

Pada akhirnya, fenomena tren bahasa slang yang digandrungi generasi alpha membawa kita pada refleksi tentang bagaimana setiap generasi menyikapi perkembangan teknologi digital dan perubahan yang mengiringinya. Kita tidak bisa menghindari gempuran media sosial dengan jutaan informasi yang menerpa. Menutup artikel ini, muncul satu pertanyaan mendasar dalam benak penulis yakni “mungkinkah kita hanya berdiam diri membiarkan jati diri dan daya kritis setiap generasi terkikis oleh perkembangan teknologi?”

Ditulis Oleh: Paskalia, M. Si, Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement