JAKARTA - Pada periode transisi energi, energi fosil seperti minyak dan gas bumi, serta batu bara masih memiliki peran penting untuk dikembangkan sebelum energi yang lebih bersih tersedia.
Minyak bumi masih menjadi energi utama untuk transportasi, sebelum digantikan dengan kendaraan listrik, serta gas bumi dapat dimanfaatkan untuk energi transisi sebelum energi baru terbarukan (EBT) 100% di pembangkit listrik.
Perlu memperluas wawasan mahasiswa tentang peran industri migas dalam transisi energi.
Direktur Eksekutif IPA, Marjolijn Wajong menekankan pentingnya generasi muda dalam keberlanjutan energi.
"Mereka bukan hanya pengguna energi di masa depan, tetapi juga aktor penting dalam inovasi dan kebijakan energi berkelanjutan," ujarnya dalam acara diskusi Indonesian Petroleum Association (IPA) bersama para mahasiswa dengan tema "Energizing the Future: The Evolution of Oil and Gas in Energy Transition Era" di Universitas Trisakti seperti dikutip dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (23/2/2025).
VP Subsurface Asia Pacific BP Indonesia Raihan Mahfoedz menyoroti peran sektor migas dalam mendukung transisi energi.
"Industri ini memiliki sumber daya dan infrastruktur yang dapat menjadi katalisator adopsi energi terbarukan dan penangkapan karbon," katanya.
Sementara itu, Wakil Dekan 3 Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Mulia Ginting selaku perwakilan dari Universitas Trisakti menyampaikan bahwa transisi energi merupakan tantangan global yang membutuhkan pemahaman dan partisipasi aktif berbagai sektor, termasuk migas.
"Sektor ini memiliki keahlian dan infrastruktur yang dapat mendukung percepatan adopsi energi hijau dan teknologi berkelanjutan," ungkapnya.
Sebagai organisasi yang menaungi para perusahaan dan praktisi hulu migas di Indonesia, IPA secara aktif berkomitmen mendukung peningkatan kapasitas generasi muda melalui berbagai inisiatif edukasi, termasuk IPA Goes to Campus.
(Feby Novalius)