JAKARTA - 10 contoh teks anekdot politik lucu lengkap dengan strukturnya. Anda bisa menjadikannya referensi saat ingin membuat teks serupa atau membacanya untuk sekadar hiburan mengisi waktu luang.
Sebagian orang tentu sudah tidak asing dengan istilah anekdot. Terlepas dari isinya yang terkadang bersifat sindiran alami atau kritikan untuk membuka pikiran pembaca, anekdot ini memiliki struktur pembentuknya sendiri.
Secara umum, teks anekdot memiliki struktur abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Berikut ini beberapa contohnya jika mengambil tema dunia politik yang diselipkan sejumlah kelucuan. Berikut ulasan contoh-contoh teks anekdot lucu dengan strukturnya:
Abstraksi: Di sebuah daerah terpencil, ada seorang politisi yang sedang berkampanye untuk pemilihan umum.
Orientasi: Sebagaimana politisi lain, dia memberi janji seperti rencana pemberian program bantuan hingga perbaikan infrastruktur untuk desa tersebut. Tampil percaya diri, ia berkata, “Jika nanti saya terpilih sebagai wakil rakyat, saya berencana memperbaiki banyak hal di desa ini, termasuk jalan berlubang hingga fasilitas kesehatan!”
Krisis: Mendengar omongan politisi itu, salah seorang warga desa tiba-tiba bertanya, “Pak, sudah sering kami mendengar janji seperti ini dari calon-calon sebelumnya. Lalu, apa bedanya Bapak dengan mereka itu?”
Reaksi: Menanggapi pertanyaan warga itu, sang politisi menjawab dengan tenang, “Bedanya, saya tentu akan menepati janji alias tidak seperti mereka yang melanggarnya!”
Koda: Warga desa kemudian mengangguk sekaligus bergumam, “Aduh, sepertinya kita sekali lagi hanya bisa menikmati janji-janji itu tanpa pernah melihat hasilnya.”
Abstraksi: Suatu hari, para pejabat pemerintah Kota A mengadakan rapat penting untuk membahas cara mengatasi kemacetan yang semakin parah.
Orientasi: Pada agenda itu, hadir sejumlah pejabat penting, seperti wali kota, ahli transportasi hingga perwakilan menteri terkait. Semuanya tampak serius memikirkan solusi terbaik, sampai ada salah satu pejabat yang berujar dengan tegas, “Kita sebagai pemangku kebijakan harus segera menemukan jalan keluar dari masalah kemacetan di kota ini!”
Krisis: Kemudian, seorang pejabat lain berdiri dan berkata, “Bagaimana jika kita menghapus hari Senin dari kalender? Sepertinya jika tidak ada hari Senin, maka tidak ada kemacetan di awal minggu kan?”.
Reaksi: Mendengar ide itu, salah satu ahli transportasi mencoba menanggapi dengan serius, “Lah Pak, kalau hari Senin dihapus, kemacetannya ya tetap pindah ke hari Selasa, Rabu, dan seterusnya.” Mendengar komentar tersebut, peserta rapat tertawa terbahak-bahak, sementara pejabat yang mengusulkan tadi tersenyum malu.
Koda: Berjam-jam berlalu, rapat selesai tanpa menghasilkan solusi yang ideal. Kemudian, seorang peserta berbisik kepada rekan di sampingnya, “Yang penting rapat, solusinya mah urusan nanti.”