Mira adalah anak dari bapak yang bekerja jadi sopir dan ibu sebagai guru honorer swasta. Penghasilan orang tuanya per bulan sekitar Rp2 juta.
"Kalau enggak irit jelas tidak cukup, soalnya juga untuk disimpan bayar kos. Kos saya pertahun Rp5 juta, pengeluraran perbulan rata-rata Rp600.000 – Rp700.000 sehingga ya mepet banget. Bahkan kadang sampai habis atau kurang," tuturnya.
Mira bercerita proses untuk mendapatkan bantuan pendidikan diawali oleh tes seleksi kampus dan mendaftar KIP Kuliah. Jika diterima di kampus, katanya, tahap selanjutnya adalah melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan, lalu menunggu pengumuman.
“Kalau KIPK tidak ada yang susah mas, kan tidak ada penilaian yang pasti. Yang pasti harus lengkap berkas sama mungkin nanti ada survei rumah. Jadi harus lolos masuk kampus dulu intinya,” ujarnya.
Di kampusnya, Mira menduga ada mahasiswa yang sebenarnya tidak laik menjadi penerima KIP Kuliah. Pasalnya, mahasiswa itu kerap menggunakan barang dan pakaian yang mahal. "Saya baru ketemu satu kalau yang lain saya tidak tahu," jawabnya.
Sebagai informasi,bantuan pendidikan KIP Kuliah menjadi sorotan usai akun X (Twitter) @undipmenfess mengunggah kekecewannya kepada beberapa mahasiswi di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, yang menerima bantuan dianggap kerap pamer gaya hidup mewah.
Setelah mendapatkan kritikan dari warganet, salah satu mahasiswi berinisial CMJ yang disebut dalam akun itu mengundurkan diri dari bantuan KIP Kuliah.
KIP Kuliah adalah bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang memiliki potensi akademik baik namun terkendala keterbatasan ekonomi.
Bantuan ini meliputi biaya kuliah sebesar Rp2,4 juta hingga Rp12 juta per semester dan juga uang saku dari Rp800.000 hingga Rp1,4 juta per bulan.
(Feby Novalius)