Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ini Cara PPI Dunia Bangun Literasi Media di Kalangan Pelajar

Saskia Adelina Ananda , Jurnalis-Kamis, 02 Mei 2024 |17:24 WIB
Ini Cara PPI Dunia Bangun Literasi Media di Kalangan Pelajar
Cara PPI Dunia Bangun Literasi Media di Kalangan Pelajar (Foto: PPI Dunia)
A
A
A

JAKARTA - Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPID) menggelar webinar Festival Jurnalistik dengan tema umum Membangun Ekosistem Jurnalis Independen yang Unggul Berlandaskan Kode Etik Jurnalistik pada Minggu, 28 April 2024.

Program yang diinisiasi oleh Biro Pers dan Media Informasi PPID ini sebagai bentuk respons terhadap maraknya fenomena pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan masyarakat awam.

Hadir dalam webinar tersebut jurnalis senior seperti Anngger Putranto, Silvano Hadjid, Ira Rachmawati serta perwakilan Aliansi Jurnalis Indonesia dan Dahlia Citra Buana turut hadir memberikan ulasannya mengenai kaidah jurnalistik hingga perkembangan dan tantangan dalam dunia digital.

Angger Putranto memberikan pemahaman mengenai etika jurnalistik yang mesti diperhatikan wartawan dalam menghasilkan berita. Menurut pemaparannya, wartawan harus bersikap independen agar berita yang dihasilkan akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk.

“Berita yang berimbang adalah berita yang tidak mencampur fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah,” ungkap Angger dalam Webinar Festival Jurnalistik 2024 yang berlangsung secara daring, Minggu, 28 April 2024.

Dia menambahkan bahwa untuk menjamin agar berita berimbang, perlu adanya ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

Di sisi lain, Ira Rachmawati menambahkan bahwa perlu kehati-hatian dalam meliput isu sensitif. Jurnalis harus merahasiakan identitas narasumber, dan disarankan untuk berkonsultasi kepada pihak ahli dan berwenang.

Dia juga menambahkan bahwa media jurnalistik adalah wadah untuk orang-orang yang mungkin mengalami kesulitan dalam menyuarakan pendapatnya, sehingga dengan menulislah seseorang bisa melawan meski dalam diam.

“Perlindungan terhadap narasumber wajib dilakukan oleh seorang jurnalis dalam isu-isu sensitif, baik dengan menyamarkan nama asli, wajah maupun suara,” katanya dalam menekankan poin hak-hak narasumber.

Sedangkan pemateri selanjutnya, Silvano Hadjid Maulana memberikan gambaran kepada para peserta yang hadir tentang strategi dan metode efektif dalam penyusunan berita yang berkualitas, aktual dan faktual pada media digital.

“Dengan semakin berkembangnya media digital sekarang ini, membuat peliputan semakin mudah dilakukan, bahkan hanya dengan bermodalkan handphone sekalipun. Wawancara melalui platform Zoom Meeting misalnya pun menjadi tidak tabu lagi dilakukan, terlebih pada saat masa pandemi menyerang pada tahun-tahun lalu," katanya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement