Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tolak Pekerjaan di Dubai dan Gaji Tinggi demi Bangun Kampung Halaman, Ini Kisah Lodi Alumni LPDP

Saskia Adelina Ananda , Jurnalis-Selasa, 19 Maret 2024 |11:32 WIB
Tolak Pekerjaan di Dubai dan Gaji Tinggi demi Bangun Kampung Halaman, Ini Kisah Lodi Alumni LPDP
Tolak Pekerjaan di Dubai dan Gaji Tinggi demi Bangun Kampung Halaman (Foto: LPDP/Dokumen Pribadi)
A
A
A

JAKARTA - Tolak pekerjaan di Dubai dan gaji tinggi demi bangun kampung halaman, ini kisah lodi alumni LPDP. Lodimedia nama lengkapnya adalah perempuan asli berdarah Sabu Raijua, salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Lodi saat ini tengah melakukan persiapan terakhirnya sebelum berangkat untuk menyelesaikan gelar doktoralnya di Belanda.

Dia mengambil S3 Industrial Ecology di Delft University of Technology (TU Delft) dengan beasiswa LPDP untuk kedua kalinya.

Lodi adalah anak Sabu yang mendapatkan privilese mampu memperoleh pendidikan yang layak. Dia mengantongi ijazah S2 Industrial Ecology dari Leiden University dengan beasiswa LPDP.

Masyarakat Sabu yang sebagian besar merupakan petani, pembuat gula, dan pengrajin berbahan baku lontar mempunyai penghasilan yang tak menentu, sementara hal itu berbanding terbalik dengan harga kebutuhan mereka yang cukup tinggi di sana.

Selain itu, di tempat Lodi tinggal saat ini juga masih terus bergulat dengan masalah krisis air bersih. Masalah ini adalah masalah struktural yang dihadapi hampir di sebagian besar wilayah NTT.

“Pada akhirnya, keputusan untuk sekolah bisa jadi tidak rasional. Keputusan yang lebih rasional adalah, lebih baik kita merantau. Karena bisa memberi makan saudara-saudara yang ada di rumah. Kalau di sekolah, belum tentu nanti pulang ke Sabu bisa kerja,” kata perempuan 30 tahun ini.

Sebagian besar masyarakat di Sabu memang masih meyakini pendidikan bukan menjadi prioritas utama. Karena mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terlebih dahulu. Ditambah untuk mengakses pendidikan terbaik juga semuanya berada di luar Sabu Raijua.

 BACA JUGA:

Darah Sabu

Keluarga Lodi merupakan masyarakat asli Sabu. Meski tumbuh bukan di Sabu, darah Sabu Lodi tetap kental mengalir dalam tubuhnya karena kakek neneknya berasal dari Sabu.

Untuk menempuh pendidikan sarjananya, Lodi diterima kuliah di Universitas Brawijaya dengan studi Teknik industri pada tahun 2011. Di kota Malang inilah Lodi banyak bertumbuh, belajar, dan memulai perjalanan proses menjadi dewasa.

Lodi sempat magang di Gas and Oil Separation Plant di Cepu yang dioperasikan oleh perusahaan Exxon Mobile.  Setelah lulus gelar sarjananya, Lodi sempat ditawari untuk melanjutkan pekerjaannya di Exxon yang berada di Dubai, namun Lodi menolaknya.

Gaji yang cukup besar tidak membuat Lodi berubah pikiran. Alasan kuat kenapa Lodi menolaknya tak lain karena kampung halamannya, Sabu Raijau.

“Tapi saya berpikir, ngapain ya saya kerja di Dubai? Jauh dari semuanya apakah nasi yang saya makan disini sama nasi yang saya makan di Dubai rasanya akan sama? Kemudian saya pikir kalau saya kerja di sana, saya hanya akan benar-benar bekerja untuk mencari uang. Apakah saya mau di usia saya yang waktu itu masih sangat muda benar-benar bekerja hanya semata-mata untuk uang. Apakah itu betul-betul kehidupan yang saya cari?" kenang Lodi.

Orang Sabu punya tradisi sejarah tutur membaca silsilah keluarga dari kakek nenek hingga moyang. Mereka selalu mengusahakan ketertarikan akan Pulau Sabu kepada para generasi penerus. Tradisi tutur silsilah lisan ini juga dilakukan oleh keluarga besar Lodi hingga membuatnya punya keterikatan yang sangat kuat akan tanah leluhurnya itu. Idealisme dan keinginan Lodi membawanya untuk pulang ke Sabu, tanah asal kakek dan nenek moyangnya.

“Dan inilah yang membuat beta selalu merasa dekat dengan Sabu. Membuat beta memutuskan untuk setelah beta kuliah, setelah selesai magang, beta pengen kembali ke Sabu dan itu keputusan yang beta jalani sampai hari ini,” ucap Lodi.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement