Geoid sebagai bidang geopotensial merepresentasikan distribusi massa bumi sehingga dapat digunakan sebagai bidang referensi tinggi yang ideal dan nyata.
Dalam pembangunan yang berkelanjutan, menurut Leni memerlukan data dan informasi geospasial. Salah satunya adalah data dan informasi tinggi yang valid, akurat, konsisten, dan terintegrasi yang bisa direalisasikan dengan mengacu pada geoid yang akurat, seamless, dan konsisten di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan berbagai tantangan dari kondisi geografis, geologis, luas wilayah, ketersediaan, pengadaan dan pengelolaan serta pengembangan metode-teknologi pendefinisian geoid, Leni menekankan perlunya inovasi, integrasi dan kolaborasi dari semua pengampu kepentingan dalam mengembangkan geoid Indonesia.
Dikutip dari laman UGM, Rabu (17/1/2024), pengembangan geoid yang dimaksud adalah yang teliti, seamlees, konsisten, dan terkini sesuai kondisi geodinamika Indonesia serta mengimplementasikannya sebagai sistem dan kerangka referensi vertikal survei dan pemetaan nasional.
Dengan mendefinisikan geoid nasional teliti, lanjutnya, maka banyak permasalahan konseptual dan praktis lapangan yang bisa diselesaikan sekaligus mengoptimalkan dan meunifikasi atau mengkonsistenkan semua hasil pengukuran 3D dari berbagai metode pengukuran baik terestris maupun ekstraterestris.
Lalu, melalui upaya mendefinisikan geoid seamless antara darat dan laut, pekerjaan survei dan pemetaan serta pembangunan di wilayah pesisir yang sangat dinamik bisa terintegrasi antara darat dan laut.
Hal tersebut bisa terwujud karena menggunakan bidang referensi 3D yaitu bidang referensi horizontal dan tinggi yang konsisten.
“Ilmu geodesi fisis sebagai bidang pokok keilmuannya perlu senantiasa dikuatkan dan dikembangkan dalam bidang Teknik Geodesi-Geomatika,” tuturnya.
(Dani Jumadil Akhir)