JAKARTA - Apa itu penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease)? Adalah penyakit saluran cerna berupa naiknya isi lambung ke kerongkongan ini sering juga dikenal sebagai penyakit asam lambung. Ternyata pandemi Covid-19 ada korelasinya dengan peningkatan kasus ini. Kok bisa?
Data penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyebutkan diketahui bahwa 13% penduduk dunia memiliki GERD (gastroesophageal reflux disease). Dan ternyata tren orang-orang yang mengalami GERD diduga meningkat selama masa pandemi.
BACA JUGA:
Keberadaan pandemi covid-19 menyebabkan perubahan gaya hidup antara lain mengurangi waktu beraktivitas fisik, memperburuk status mental, serta perubahan pola makan dan nutrisi dapat menyebabkan peningkatan jumlah penderita GERD. Hal ini diperparah dengan terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan selama masa pandemi. Tentu kita tidak berharap bahwa pandemi melanda dunia kembali yang membawa dampak yang signifikan terjadinya peningkatan di masyarakat.
Berlandasan dari masalah ini, mahasiswa FKUI Ahmad Fauzi bersama dr. Daniel M. Simadibrata dengan bimbingan dari dokter FKUI dr. Dewi Friska dan Prof. Ari Fahrial Syam melakukan penelitian mengenai hubungan pandemi Covid-19 dengan peningkatan prevalensi GERD dan penurunan kualitas hidup yang berhubungan dengan GERD. Riset ini dipublikasi pada jurnal : Journal Clinical Gastroenterology edisi Oktober 2023. Journal ternama di bidang gastroesterologi berbasis di USA dan saat ini dengan impact factor 2.9.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan kuesioner GERD-Q versi Indonesia, dari total 9800 responden di Indonesia yang terbagi menjadi kelompok pra-pandemi (81,6%) dan kelompok pandemi (18,4%). Tampak dari data survei bahwa responden yang terlibat pada masa pandemi lebih rendah, hal ini mungkin disebabkan karena kelelahan akibat fenomena online survey fatigue, dimana orang tidak tertarik untuk mengisi survei akibat banyaknya survei di masa pandemi.
BACA JUGA:
Dalam kuesioner GERD-Q yang membahas antara lain gejala terkait GERD, dan dampak GERD terhadap kehidupan sehari-sehari. Diperoleh bahwa prevalensi GERD pada kelompok pandemi (67,9 %) secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok pra-pandemi (61,8%). Selain itu, gejala khas GERD berupa rasa terbakar di dada dan regurgitasi juga lebih tinggi di masa pandemi. Sementara dampak dari GERD terhadap kualitas hidup di masa pandemi (31,8%) juga lebih berat daripada masa pra-pandemi (27,0%).