JAKARTA – Mayoritas obat-obatan di Indonesia berbahan baku impor. Sebagian masyarakat terutama dari kalangan mampu, lebih senang berobat ke luar negeri. Mengapa?
Tren ini semakin populer terutama di kalangan masyarakat mampu. Padahal kualitas rumah sakit di Indonesia dan berbagai klinik ataupun puskesmas siap membantu para pasien dalam menyembuhkan penyakit dan tidak kalah dari yang lain. Akan tetapi ada beberapa stigma di masyarakat yang memandang kualitas pelayanan di luar negeri lebih maju dan modern.
BACA JUGA:
“Untuk beberapa hal, dalam konteks teknologi memang kita tertinggal. Tetapi dalam banyak hal, perginya keluar negeri karena ada miskomunikasi,” ujar Ahli Spesialis Saraf Prof, Yuda Turana, Sp. S(K), yang saat ini menjadi rektor baru di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Sabtu (9/12/2023).
BACA JUGA:
Prof Yuda menjelaskan miskomunikasi ini karena penyakit yang sebenernya bisa diselesaikan di negeri sendiri. Namun karena ketidaktahuan para masyarakat untuk mengetahui penyakit tersebut, sehingga diambilah jalan cepat, yaitu berobat di luar negeri.
“Contohnya seorang yang terkena demensia yang harusnya diasesmen dengan bahasa ibu. Namun (kenyataannya) ke luar negeri," katanya.
BACA JUGA:
"Penyakit tropis, tapi perginya ke luar negeri yang bukan tropis. Beberapa hal tersebut yang perlu diluruskan, bahwa banyak misinformasi yang sebenernya kita punya kemampuan yang mumpuni,” katanya.
(Marieska Harya Virdhani)