JAKARTA – Untuk mendeteksi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) seringkali dilakukan dengan tes darah. Apakah ada cara lain?
Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2013, tercatat sekitar 103.649 kasus demam berdarah, dengan angka kematian mencapai 754 orang. Kebanyakan kasus tersebut terjadi akibat komplikasi yang menyebabkan kerusakan organ, seperti hati, jantung dan paru.
Adakah cara cepat mengetahui terkena DBD?
Kolaborasi peneliti Universitas Indonesia (UI) dan Konimex menghadirkan inovasi baru, yaitu rapid test Dengue secara dini. Sama halnya seperti rapid test covid yang lalu, namun bedanya, kit ini menggunakan sampel darah.
“Pengembangannya dari Konimex, penelitiannya berasal dari UI. Setelah penelitiannya jadi, baru dikomersilkan oleh konimex,” ucap Rara Amita Sandra, Product Executive Kodc Dengue ini di Jakarta, dikutip Selasa (14/11/2023).
Kit dengan lisensi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini menggunakan prinsip Lateral Flow Immunochromatographic Assays (LFIAs) untuk mendeteksi antigen dengue yaitu protein NS-1 yang ada didalam darah pasien, baik dalam darah utuh, plasma, maupun serum.
“(Kit ini) Juga bisa dipakai dirumah juga, jadi tidak hanya nakes saja. Semua Masyarakat bisa pakai dengan cara yang mudah” ujar M. Ghufran Yuldi, Asisten dari Rara.
BACA JUGA:
Ketua tim peneliti, Beti Ernawati Dewi, menyampaikan enam keunggulan KODC Dengue. Pertama, alat deteksi ini bekerja dengan cepat. Dalam prosesnya memerlukan waktu 15 menit untuk menentukan ada tidaknya infeksi dengue.
Kedua, sensitif karena berbasis strain DENV (Virus Dengue) yang beredar di Indonesia. Ketiga, spesifik karena dikembangkan berdasarkan epitop DENV yang tidak cross reaksi dengan virus lain.
“Keempat, relatif murah karena produksi dalam negeri dan juga dapat mendeteksi infeksi DENV dengan berbagai macam tipe spesimen yaitu plasma, serum, dan whole blood. Kelima, dapat disimpan di suhu kamar sehingga tidak memerlukan cool chain dalam pengiriman dan penyimpanan. Keenam, dapat mendeteksi NS-1 dari sampel darah utuh,” ujar Beti, dilansir dari laman UI.
BACA JUGA:
Riset ini merupakan hasil kerja sama dengan FKUI dengan Konimex sedari awal. Produk ini sebetulnya sudah rilis semenjak April 2022, dan baru dilaunching ulang dengan mendapatkan izin dari Kemenkes.
(Marieska Harya Virdhani)