Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Hanya Cerdas, Reproduksi Pria Harus Sehat Menuju Indonesia Emas 2045

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Kamis, 09 November 2023 |15:06 WIB
Tak Hanya Cerdas, Reproduksi Pria Harus Sehat Menuju Indonesia Emas 2045
Indonesia siap menghadapi bonus demografi 2045 (Foto: BKKBN)
A
A
A

JAKARTA - Indonesia akan menghadapi bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. Pria merupakan kelompok yang diharapkan menjadi tonggak pembangunan bangsa di masa produktif mereka. Maka tidak hanya cerdas secara akademik, sistem reproduksi mereka juga harus sehat untuk mencetak generasi yang cerdas.

Hal itu disampaikan dalam pengukuhan guru besar Universitas Indonesia (UI) yakni Prof Silvia Werdhy Lestari. Dia dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran (FK) di Aula IMERI, Kampus UI Salemba. Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Inovasi Seleksi Sperma pada Teknologi Reproduksi Berbantu: Pentingnya Kesehatan Reproduksi Pria dalam Rangka Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Sehat, Menuju Indonesia Emas 2045”.

 BACA JUGA:

Menurutnya, dalam keterangan resmi kepada Okezone, Kamis (9/11/2023), salah satu sasaran transformasi sosial dalam mencapai Indonesia Emas 2045 adalah Indonesia Sehat. Di sisi lain, pada 2030 Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi, di mana 68,3% dari total penduduk Indonesia berusia produktif. Ia mengatakan, sehat merupakan kondisi yang menyeluruh, dan tidak hanya sebatas ada tidaknya suatu penyakit, tetapi juga sehat secara fisik, mental, dan sosial, serta berlaku untuk sistem reproduksi dan fungsinya. Lebih lanjut ia mengatakan, gangguan sistem reproduksi yang menyebabkan infertilitas atau yang didefinisikan sebagai ketidaksanggupan pasangan suami istri (pasutri) untuk memiliki anak selama lebih kurang satu tahun.

 Guru Besar UI meneliti tentang kesehatan reproduksi (Foto: UI)

Infertilitas Jadi Masalah

Saat ini, telah terjadi peningkatan prevalensi infertilitas secara bermakna, yakni sekitar 70 juta pasutri, dengan 40-70% disebabkan oleh faktor laki-laki. Faktor laki-laki pada infertilitas di seluruh dunia paling banyak disebabkan oleh penurunan konsentrasi sperma (oligo atau ektrim oligozoospermia), gangguan motilitas (astenozoospermia), dan morfologi normal sperma (teratozoospermia).

 BACA JUGA:

Berbagai algoritma tatalaksana infertilitas laki-laki telah banyak dikembangkan, berupa perbaikan sperma pada gangguan hormonal, pemberian antibiotik, antioksidan, operasi varikokel dan bahkan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) atau Assisted Reproductive Technology (ART). Metode TRB seperti Inseminasi Intrauterin (IIU) serta Fertilisasi in Vitro (FIV), telah terbukti dapat meningkatkan kemungkinan mengatasi infertilitas terkait dengan kualitas sperma. Akan tetapi, tingkat keberhasilan TRB sangat bervariasi. Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan TRB adalah seleksi sperma atau biasa disebut pula dengan preparasi sperma.

Terdapat berbagai teknik seleksi sperma, seperti swim up (SU) atau density gradient centrifugation (DGC) atau kombinasi, dengan berbagai kecepatan dan periode sentrifugasi. Akan tetapi, prosedur pada seleksi sperma ini juga dapat merusak sperma terkait sentrifugasi dan pemipetan berulang, sehingga hasil akhir metode seleksi sperma terkadang tidak sesuai harapan dan dapat menyebabkan kegagalan TRB.

Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi atau temuan aplikasi hasil penelitian baru berupa modifikasi seleksi sperma pada TRB serta perbaikan kualitas sperma terlebih dahulu sebelum dilakukan metode TRB. Prof. Silvia bersama dengan timnya membuat inovasi berupa modifikasi teknik pada preparasi sperma, yakni kecepatan dan periode atau jangka waktu tertentu pada sentrifugasi yang sesuai dengan kondisi kualitas sperma saat pengeluaran.

Hal ini untuk mendapatkan panen sperma yang lebih berkualitas sehingga dapat digunakan pada TRB inseminasi intra uterus (IIU). Oleh karenanya, perlu dilakukan modifikasi teknik pada metode preparasi yang disesuaikan dengan kualitas sampel sperma agar prosedur seleksi pada preparasi sperma tersebut tidak terlalu merusak terutama pada kondisi sperma yang memang juga sudah abnormal atau bahkan rusak.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement