JAKARTA - Pernah makan papeda? Lengket dan gurih saat disantap. Makanan ini merupakan makanan khas dari Timur Indonesia.
Dalam 8 tahun perayaan papeda menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh UNESCO pada 2015 silam, menarik untuk mengetahui sejarahnya. Maka, tidak hanya menyantapnya saja, kamu juga harus tahu asal usul makanan lezat ini.
BACA JUGA:
Dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (21/10/2023), papeda dihormati masyarakat Papua sebagai makanan adat sejak dahulu. Masyarakat Raja Ampat menghargai papeda sebagai makanan istimewa. Saat musim panen sagu, penduduk akan menggelar upacara khusus dalam rangka mensyukuri dan menghormati hasil panen yang memenuhi kebutuhan warga.
Makanan Pokok Papua
Papeda yang merupakan olahan dari sagu ini awalnya dijadikan makanan pokok untuk penduduk adat daerah Sentanu dan Abrab di wilayah Danau Sentani, Arso, dan Manokwari. Selain menjadi makanan adat disana, papeda juga disajikan pada saat acara-acara penting di Indonesia Timur. Misalnya saat upacara adat Papua Watani Kame, upacara yang menandai siklus kematian seseorang. Saat upacara adat semacam ini, bubur sagu dibagikan dan disajikan dengan berbagai olahan ikan dan bahan makanan lainnya.
BACA JUGA:
Di daerah Papua Barat, bubur sagu disajikan saat upacara kelahiran anak pertama. Saat upacara ini biasanya bubur sagu disajikan dengan daging babi. Selain saat upacara kelahiran itu, papeda diberikan kepada anak perempuan yang ditato untuk meredakan rasa sakit.
Sedangkan di daerah Maluku, papeda disebut sebagai sonar monne. Sonnar moone dijadikan secara khusus pada ritual perayaan masa pubertas anak perempuan sebagai makanan sakral. Suku Nuaulu dan Huaulu mensakralkan makanan ini dengan melarang anak perempuan yang sedang haid untuk merebus sagu karena dianggap tabu.
BACA JUGA:
Itulah sejarah papeda yang dijadikan Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Sayangnya di balik kesakralan makanan ini, kini kebiasaan menyantap papeda mulai ditinggalkan karena pemikiran bahwa nasi memiliki derajat yang lebih tinggi dari papeda, padahal papeda memiliki kandungan gizi yang tinggi. Semoga kebiasaan mengkonsumsi papeda ini dapat dilestarikan untuk menambah kekayaaan keberagaman Indonesia!
(Marieska Harya Virdhani)